Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas kembali menguat setelah terkoreksi awal pekan kemarin. Penguatan didorong sentimen geopolitik dan prospek tarif impor universal yang sedang dipertimbangkan Presiden terpilih Donald Trump.
Berdasarkan Trading Economics, harga emas berada di US$ 2.638 per ons troi atau naik 0,16% dalam 24 jam terakhir.
Analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha melihat bahwa secara teknikal, berdasarkan kombinasi pola candlestick dan indikator moving average, tren bullish kembali terbentuk.
"Proyeksi pergerakan harga hari ini menunjukkan potensi kenaikan hingga US$ 2.645. Namun, jika harga mengalami pembalikan arah, target penurunan terdekat berada di US$ 2.622," tulisnya dalam riset, Selasa (7/1).
Baca Juga: Harga Emas Hari Ini Mencoba Bangkit, Pernyataan Trump Picu Ketidakpastian
Menurutnya, indikator moving average menunjukkan sinyal positif, mengindikasikan bahwa pembeli masih mendominasi pasar emas. Namun, kondisi ini tetap rentan terhadap fluktuasi akibat dinamika berita geopolitik dan rilis data ekonomi mendatang.
Sentimen pasar emas dipengaruhi oleh berbagai berita penting. Salah satu penggerak utama adalah laporan dari Washington Post yang menyebutkan bahwa Presiden terpilih Donald Trump sedang mempertimbangkan tarif universal untuk barang-barang impor penting.
"Kebijakan ini berpotensi menambah ketidakpastian ekonomi global dan memicu lonjakan permintaan terhadap aset safe-haven seperti emas," nilainya.
Selain itu, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menarik perhatian setelah memutuskan untuk bertemu Donald Trump secara independen, menunjukkan perpecahan dalam sikap bersama Uni Eropa. Di sisi lain, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengundurkan diri, menambah dinamika politik yang memengaruhi pasar.
Baca Juga: Harga Emas Diproyeksi Melonjak, Cermati Sejumlah Sentimen Pemicunya
Pasar emas juga tengah menantikan data Nonfarm Payrolls (NFP) AS yang akan dirilis pada Jumat. Data ini menjadi acuan penting bagi Federal Reserve untuk menentukan arah kebijakan moneternya.
Saat ini, CME FedWatch Tool menunjukkan probabilitas rendah (10%) akan adanya penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada bulan Januari. Namun, ketidakpastian tetap tinggi, terutama menjelang pelantikan Donald Trump pada 20 Januari.
Imbal hasil obligasi AS 10-tahun, yang sempat mencapai 4,639% minggu lalu, turun ke level 4,62% pada Senin. Penurunan imbal hasil ini memberikan sedikit dukungan bagi harga emas. Namun, ekspektasi kebijakan suku bunga The Fed yang tetap bergantung pada data memberikan tekanan pada pergerakan emas jangka pendek.
Baca Juga: Harga Emas Antam Anjlok Rp 9.000 Jadi Rp 1.380.000 Per Dolar AS Pada Hari Ini (10/7)
"Secara keseluruhan, emas masih menunjukkan tren bullish yang solid didukung oleh ketidakpastian geopolitik dan rencana kebijakan tarif global Presiden terpilih Donald Trump," tutupnya.
Selanjutnya: Cuan 23,23%% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik (8 Januari 2025)
Menarik Dibaca: 4 Tanda Seseorang Kecanduan Main Media Sosial Bukan Cuma Doom Scrolling
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News