Reporter: Nadya Zahira | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas pekan ini diprediksi menguat. Mengutip dari Trading Economics, harga emas naik 0,024% ke level US$ 2.330 per ons troi pada Senin (29/4) pukul 13.00 WIB.
Menanggapi hal tersebut, Analisis dari Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer mengatakan, emas telah mengalami kenaikan sejak perdagangan Asia, Jumat (26/4). Hal ini mencerminkan tanda-tanda pendinginan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang mendorong beberapa permintaan untuk logam mulia.
Namun, Fischer menilai bahwa kenaikan ini terbatas karena para investor mengantisipasi isyarat lebih lanjut mengenai penurunan suku bunga, terutama dari data inflasi utama.
Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini Turun Rp 1.000 Jadi Rp 1.325.000 Per Gram Pada Senin (29/4)
“Untuk itu, investor perlu memperhatikan berita yang akan dirilis di minggu ini terkait dengan Non-Farm Payroll,” kata Fischer dalam risetanya, Senin (29/4).
Namun demikian, dalam proyeksinya Fischer melihat, harga emas memiliki kecenderungan untuk mengalami penurunan karena diperkirakan adanya penguatan terhadap Dolar AS, yang dipengaruhi oleh data ekonomi tersebut.
Fischer juga menyoroti bahwa ketidakpastian terkait kebijakan suku bunga Federal Reserve (the Fed) menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi harga emas. Ketidakpastian ini muncul dari kenaikan inflasi yang masih berpengaruh dan keraguan untuk menahan suku bunga oleh the Fed.
Oleh karena itu, dia menegaskan bahwa investor perlu memperhatikan perkembangan ini sebagai faktor yang memengaruhi harga emas.
“Pentingnya berita Non-Farm Payroll ini tercermin dalam harga emas hari ini. Meskipun emas mengalami kenaikan, kelegaan ini terbatas karena ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve masih relevan, terutama setelah data Produk Domestik Bruto yang lebih lemah dari perkiraan,” ungkapnya.
Fischer memprediksi, harga emas akan mengalami kerugian mingguan karena data Indeks Harga Produk Domestik Bruto (PDB) menimbulkan kekhawatiran atas inflasi. Harga emas spot diperkirakan akan turun sekitar 2% di minggu ini, meskipun sempat menyentuh rekor tertinggi sekitar US$ 2.430 per ons troi.
Menurutnya, faktor eksternal seperti situasi geopolitik di Timur Tengah dan spekulasi terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve juga berpengaruh besar terhadap harga emas. Pasalnya, perlambatan ketegangan di Timur Tengah menurunkan premi risiko, sementara ekspektasi penurunan suku bunga mempengaruhi harga emas secara negatif.
“Peningkatan suku bunga yang diharapkan oleh para pedagang juga memberikan tekanan pada harga emas, mengingat biaya peluang yang lebih tinggi untuk investasi dalam logam mulia,” kata Fischer.
Baca Juga: Punya 13 Cabang, Raja Emas Indonesia Beli Emas Dalam Segala Bentuk
Selain emas, Fischer bilang, logam mulia lainnya juga mengalami fluktuasi harga. Salah satunya seperti, platinum futures dan silver futures yang naik pada Jumat (26/4), tetapi mengalami kerugian mingguan yang signifikan. Sementara itu, harga tembaga mencapai level tertinggi dalam dua tahun, didorong oleh pelemahan dolar dan berita tentang penawaran akuisisi besar-besaran di industri pertambangan tembaga.
Dengan demikian, Fischer menyebutkan bahwa kesimpulannya, harga emas cenderung mengalami kenaikan yang signifikan dalam pekan ini, namun investor perlu waspada terhadap pengaruh berita Non-Farm Payroll, yang dapat menyebabkan penurunan harga emas karena penguatan dolar AS.
“Faktor-faktor eksternal seperti situasi geopolitik dan spekulasi terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve juga menjadi penentu utama dalam fluktuasi harga emas,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News