Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas Antam terus mendaki tinggi. Investor dipersilakan untuk mengambil posisi beli karena potensi kenaikan masih berlanjut.
Mengutip situs Logam Mulia, Minggu (15/1), harga pecahan satu gram emas Antam berada di Rp 1.043.000, dengan level harga buyback Rp 951.000 per gram. Emas Antam terus bergerak dari harga pembukaan tahun ini yang berkisar Rp 1.026.000 per gram dengan harga buyback dipatok Rp 926.000 per gram.
Data Bloomberg menunjukkan per 13 Januari 2023, harga emas di pasar spot berada di level US$ 1.920 per ons troi.
Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan bahwa harga emas Internasional yang naik tajam belakangan ini disebabkan oleh data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan perlambatan pada inflasi. Salah satunya adalah indeks harga konsumen atau Consumer Price Index (CPI) AS yang turun menjadi 6,5% YoY di bulan Desember 2022 dari 7,1% YoY bulan sebelumnya.
Baca Juga: Pendapatan Bank Besar di AS Berpotensi Tertekan Saat Bunga The Fed Naik
Lukman bilang, faktor jangka panjang akan terus menopang harga emas dari situasi yang penuh ketidakpastian. Ekonomi dunia masih belum pasti karena adanya potensi resesi. Konflik geopolitik seperti perang di Ukraina, tensi panas antara China-Taiwan juga menambah situasi ketidakpastian, hal ini bisa memicu permintaan emas sebagai aset safe haven atau aset lindung nilai.
"Faktor lain yang juga penting adalah tren meningkatnya pembelian oleh sejumlah bank sentral seperti China, India, Rusia, Turki dan lainnya," ucap Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (14/1).
Sementara dari sisi permintaan, lanjut Lukman, pembukaan kembali ekonomi China akan menaikkan permintaan impor emas. Ekonomi China diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi di kisaran 4%-5% tahun 2023.
Baca Juga: BI Perkirakan Inflasi Januari 2023 Sebesar 0,41% MoM
Founder Traderindo Wahyu Laksono menjelaskan bahwa harga logam mulia Antam seiring menguatnya harga emas dunia. Dimana, emas dunia saat ini tengah dalam pola rebound atau berbalik menguat setelah anjlok dan berada di jurang dasar pada tahun lalu.
Ancaman resesi dan potensi peredaan agresivitas The Fed yang dipicu meredanya inflasi dinilai menjadi pemicu utama rebound tersebut. Emas Antam juga wajar bisa terpengaruh ikut naik saat dolar AS melemah dan membuat rupiah kuat.
Wahyu memaparkan, biasanya emas Antam cenderung naik lebih kuat daripada emas global. Hal tersebut berkaitan dengan harga emas global dan pergerakan rupiah.
Logikanya, jika dolar AS melemah maka emas Antam bisa naik seiring kenaikan emas global. Namun, jika dolar AS menguat dan emas global melemah, maka harga emas Antam bisa naik karena rupiah melemah. Emas Antam juga bisa menjadi hedge atau lindung nilai rupiah terhadap dolar AS.
Wahyu menuturkan, sudah menjadi pola setelah tapering dan/atau adanya pengetatan moneter lebih lanjut biasanya terjadi krisis yang memicu bank sentral terutama The Fed untuk kembali menyelamatkan dengan stimulus. Sejatinya pun uang fiat akan tergerus inflasi dan emas menjadi pelindungnya.
Baca Juga: Pembiayaan Emas Bank Syariah Tumbuh Signifikan di Tahun 2022
Dalam kondisi apapun, emas tetap dianggap sebagai aset investasi bagian dari diversifikasi portofolio umum. Karena itu, berinvestasi pada emas dinilai tidak akan merugi, entah dimanfaatkan sebagai investasi jangka panjang, tabungan jangka pendek dan menengah, hedging terhadap dolar AS. Terlebih, emas termasuk aset yang likuid atau gampang dijual apabila kondisi tak menentu.
Wahyu berujar bahwa emas tidak akan kehilangan pamor. Pasalnya, bank sentral, investor institusi, investor ritel, masyarakat umum, semua masih menganggap emas aset penting untuk jangka panjang sebagai safe haven, lindung nilai inflasi, ataupun aset investasi.
Sementara, soal konflik geopolitik dianggap Wahyu tidak berdampak signifikan bagi pergerakan harga emas. Harga logam kuning ini lebih terpengaruh oleh pengendalian inflasi AS terutama dari data CPI.
Dari data CPI AS menegaskan bahwa Inflasi telah mampu ditangani. Rapat The Fed terakhir juga memberikan angin segar bagi pasar bahwa kenaikan suku bunga bakal lebih lambat.
Walaupun menegaskan suku bunga masih akan tinggi, Federal Reserve mengakui bahwa agresivitas kenaikan suku bunga akan melambat. Pada FOMC Februari ini diperkirakan kenaikan suku bunga bank Sentral AS hanya sebesar 25 Bps. Serta, The Fed juga membuka wacana peninjauan target inflasi sebesar 2%.
Indikator penting bagi pasar keuangan ada pada pasar obligasi AS yang tercermin dari yield US Treasury. Biasanya ini adalah indikator pendahulu bagi arah suku bunga, lalu berkorelasi dengan arah emas.
Baca Juga: Harga Emas Antam Tak Berubah di Level Rp 1.043.000 Per Gram Pada Hari Ini (15/1)
Selain itu, dalam jangka pendek, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dinilai akan menarik masuk dana kapital asing, sepanjang fundamental domestik masih kuat dan ditopang oleh harga komoditas yang tidak terlalu tertekan.
Wahyu menjelaskan, apabila resesi menekan Wall Street dan bursa Eropa terpuruk, IHSG bisa menjadi alternatif pelarian kapital. Kondisi ini bisa menguatkan posisi rupiah dan menjadi katalis positif bagi harga emas.
Jika resesi terjadi, Fed nampaknya akan terpaksa melakukan pelonggaran moneter dengan memangkas suku bunga dan stimulus quantitive easing (QE). Kalaupun skenario buruk terjadi, emas tetap akan diuntungkan.
Fed misalnya pivot terlalu dini dan berbalik lagi ke skenario inflasi tinggi, sehingga menyebabkan dolar AS alami bearish maka membantu harga emas naik. Sedangkan, jika langkah pivot The Fed terlambat dan menyebabkan resesi yang jauh lebih gawat, bisa memicu pelarian kapital ke tempat aman. Ini juga akan tetap membantu emas naik sebagai safe haven.
Baca Juga: Ini 3 Strategi Warren Buffett dalam Menghadapi Pasar Bearish
Adapun Wahyu memperkirakan harga emas dunia akan berkisar US$ 1.500 per ons troi- US$ 2.300 per ons troi di tahun 2023. Harga emas Antam akan mengikuti pada level Rp 1,1 juta per gram-Rp 1,2 juta per gram dengan potensi harga buyback sebesar Rp 900.000 per gram-Rp 1,1 juta per gram.
Saat ini, momentum buy on weakness masih berlaku. Harga emas berpotensi terus naik dan bagi investor yang ingin masuk masih sangat potensial.
Sedangkan, Lukman memproyeksikan harga emas dunia masih akan terus meningkat dengan potensi hingga paling tidak US$ 2.100 atau Rp 1,3 juta per gram Antam di tahun 2023. Harga buyback diperkirakan sebesar Rp 1,25 juta.
Lukman menyarankan bagi investor yang sudah memiliki emas untuk tetap mempertahankanya. Bagi yang belum, ini menjadi kesempatan untuk membeli emas. Sebab, koreksi pada harga tidak akan signifikan, hanya terjadi dalam jangka pendek (short term).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News