Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Logam mulia Antam menjadi instrumen investasi dengan kinerja paling buruk sepanjang paruh pertama tahun ini. Pada awal tahun 2021, harga emas Antam berada di Rp 965.000 per gram, lalu harga jual kembali (buyback) emas Antam pada 30 Juni berada di Rp 822.000 per gram.
Artinya, jika investor membeli emas Antam pada awal tahun dan kemudian dijual kembali pada akhir semester pertama 2021, maka investor justru akan merugi 14,82%. Hal ini juga tidak terlepas dari harga emas dunia yang juga tertekan sepanjang semester pertama. Harga emas global melemah 7,37% pada kurun waktu tersebut.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menerangkan, tekanan harga emas Antam tidak terlepas dari harga emas dunia yang juga tertekan, apalagi pada kuartal pertama 2021. Saat itu, risk appetite investor membaik seiring optimisme pemulihan ekonomi AS dan penguatan yield US Treasury.
“Hal tersebut membuat investor melepas kepemilikan emas dan membuat harga emas dunia sempat turun di bawah US$ 1.700 per ons troi dan emas Antam menyentuh Rp 903.000. Hal ini juga dipicu oleh permintaan dari India dan China yang menurun drastis,” kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Jumat (2/7).
Baca Juga: Varian Delta turut menggoyang portofolio investasi global
Memasuki kuartal kedua 2021, nasib emas membaik seiring mulai adanya potensi kenaikan inflasi AS. Emas sebagai instrumen nilai lindung atas inflasi pun mengalami kenaikan harga dan sempat berada pada area US$ 1.900-an, sementara emas Antam naik hingga Rp 970.000-an.
Lebih lanjut, Sutopo bilang nasib baik emas rupanya tidak bertahan lama. Para pejabat bank sentral global justru menekankan bahwa kenaikan inflasi hanya bersifat sementara dan ada rencana melakukan tapering yang lebih cepat dari perkiraan. Alhasil, harga emas dunia kembali turun dan saat ini berada di level US$ 1.787,31 per ons troi. Namun, emas Antam masih bertahan di Rp 942.000 per gram seiring nilai tukar rupiah yang juga melemah.
Baca Juga: Data pengangguran AS naik, harga emas kembali melaju 0,3% di pekan lalu
Untuk paruh kedua tahun ini, Research and Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin memperkirakan, secara jangka pendek emas dunia maupun emas Antam masih akan cenderung tertekan. Apalagi ada serangkaian pernyataan dari pejabat The Fed yang menyebutkan akan ada kenaikan suku bunga acuan sebanyak dua kali hingga 2023.
“Selain rumor kenaikan suku bunga, sikap The Fed yang mempercepat tapering dengan pengurangan pembelian obligasi juga akan menjadi sentimen negatif untuk emas pada awal semester kedua 2021,” imbuh Nanang.
Walau begitu, Nanang optimistis secara jangka panjang emas dunia maupun emas Antam akan punya prospek yang menarik. Dia bilang, saat ini kondisi ekonomi AS sudah mulai pulih dan sudah sejalan dengan target. Di satu sisi, vaksinasi global akan punya peranan penting sebagai katalis positif untuk emas ke depan.
Saat ini pelaku pasar masih cenderung memilih dolar AS sebagai safe haven yang likuid di tengah penyebaran Covid-19 varian delta. Namun begitu, vaksinasi global terus meningkat dan mampu membatasi penyebaran varian delta, pemulihan ekonomi akan berjalan secara masif dan serempak. Dengan demikian, akan ada lonjakan angka inflasi yang tinggi sehingga akan untungkan emas dunia, dan pada akhirnya emas Antam.
Baca Juga: Sabtu (3/7), harga emas Antam naik Rp 7.000 jadi Rp 941.000 per gram
“Emas dunia akan kembali menguji ke area US$ 1.950 per ons troi, sementara untuk emas Antam, harganya juga akan dipengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Tetapi selama rupiah bergerak stabil, emas Antam bisa menuju Rp 1 juta pada akhir tahun," ujar Nanang.
Sutopo juga memproyeksikan emas Antam akan ke arah Rp 1 juta pada akhir tahun. Namun, dia mengingatkan, emas merupakan investasi yang sifatnya adalah jangka panjang. “Jadi ya memang harus sabar dan tidak terburu-buru. Semakin lama durasinya, imbal hasil yang dirasakan juga makin besar,” pungkas Sutopo.
Baca Juga: Begini Cara Lengkap Arisan Emas di Pegadaian
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News