Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Dampak krisis global tercermin pada melorotnya kinerja PT Astra Argo Lestari Tbk (AALI) sepanjang tahun lalu.
Dalam laporan keuangan AALI tahun 2009 yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), tercatat penjualan AALI sebesar Rp 7,41 triliun. Artinya, pendapatan produsen minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) ini melorot 9,07% ketimbang torehan mereka di 2008, yaitu Rp 8,16 triliun.
Tak hanya itu, laba usaha mereka pun tergerus dari Rp 3,38 triliun di 2008 menjadi Rp 2,61 triliun di 2009. Ujungnya, laba bersih AALI sepanjang tahun lalu anjlok 36,88% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 1,66 triliun. Sekadar mengingatkan, anak usaha PT Astra Internasional Tbk (ASII) ini berhasil mencatatkan laba bersih Rp 2,63 triliun pada tahun 2008.
Selain itu, AALI menderita rugi kurs Rp 111,15 miliar pada tahun lalu. Padahal, di sepanjang 2008, perusahaan ini masih memperoleh laba kurs Rp 78,31 miliar.
Investor Relations Astra Agro Lestari Tjahyo Dwi Ariantono mengatakan, penurunan laba bersih ini disebabkan oleh penurunan harga CPO. "Harga CPO di 2008 lebih tinggi dari harga CPO di 2009," katanya, kemarin (24/2).
Harga jual rata-rata CPO AALI di 2009 hanya berada di kisaran Rp 6.336 per kilogram. Sebagai pembanding, pada 2008 lalu, harga jual rata-rata CPO AALI mencapai Rp 7.995 per kilogram. "Padahal, AALI mencatatkan kenaikan volume penjualan," kata Tjahyo. Di lantai bursa, kemarin, harga saham AALI turun 0,81% menjadi Rp 24.500 per saham.
Selain AALI, PT London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) juga telah merilis sebagian kinerjanya. LSIP berhasil mencatatkan volume produksi CPO 377.505 ton sepanjang 2009 atau tumbuh 10,5% dari produksi tahun 2008.
Tak hanya itu, produksi inti sawit LSIP meningkat 17,1% dari 81.046 ton di 2008 menjadi 94.890 ton di 2009. Alhasil, volume penjualan CPO LSIP di 2009 turut terkerek naik 5,7% menjadi 374.134 ton.
Sedangkan penjualan inti sawit naik 14,2% jadi 93.796 ton. Sayang, produksi karet LSIP turun 7% jadi 21.806 ton. Namun, LSIP belum melansir penjualan dan laba bersihnya tahun lalu. Di lantai bursa, kemarin, saham LSIP terkoreksi 1,09% menjadi Rp 9.050.
Arga Paradita, analis Asia Kapitalindo Securities berpendapat, prospek industri CPO masih bagus tahun ini. "Penurunan kinerja itu semata karena harga CPO di 2008 tinggi. Ini tak mungkin terulang lagi hingga 2014," katanya.
Sebaliknya, pertumbuhan volume produksi dan penjualan menunjukkan bahwa AALI dan LSIP menjalankan manajemen dengan baik. Arga melihat, permintaan CPO bakal tumbuh 5%-6% di sepanjang tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News