kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga CPO terpuruk, ini lima fakta mengenai aksi boikot CPO Malaysia oleh India


Senin, 20 Januari 2020 / 04:15 WIB
Harga CPO terpuruk, ini lima fakta mengenai aksi boikot CPO Malaysia oleh India


Sumber: The Star,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. India lagi-lagi melakukan aksi boikot atas produk crude palm oil (CPO) Malaysia. Sumber Reuters di industri CPO dan Pemerintah India mengungkapkan, peringatan itu dikeluarkan Pemerintah India pada pekan lalu, bersamaan dengan langkah New Delhi membatasi impor CPO dan palmolein dari Malaysia.

Seperti apa faktanya? Berikut lima fakta menarik terkait pemboikotan ini:

1. Dipicu oleh tiga hal

Setidaknya, ada tiga hal yang memicu ketegangan geopolitik antara India dengan Malaysia. Pertama, pernyataan Perdana Menteri Mahathir Mohamad yang menuduh India "menyerang dan menduduki negara" Jammu dan Kashmir.

Dalam pidatonya di UNGA ke-74, Mohamad mengatakan: "Sekarang, terlepas dari resolusi PBB tentang Jammu dan Kashmir, negara itu telah diserbu dan diduduki."

Baca Juga: Harga CPO baik, DSNG menargetkan bisa produksi 700.000 ton CPO tahun ini

"Mungkin ada alasan untuk tindakan ini tetapi itu masih salah. Masalahnya harus diselesaikan dengan cara damai. India harus bekerja sama dengan Pakistan untuk menyelesaikan masalah ini. Mengabaikan PBB akan mengarah pada bentuk-bentuk pengabaian lain untuk PBB dan Aturan tentang Hukum," kata Mahathir.

Kedua, Malaysia mengkritik UU tentang Kewarganegaraan India yang baru. Mahathir menilai, UU tersebut diskriminatif terhadap Muslim dan telah memicu protes mematikan di seluruh negara Asia Selatan itu.

Berbicara di sela-sela KTT Kuala Lumpur 2019 pada hari Desember 2019 lalu, Mahathir mempertanyakan "keharusan" diberlakukannya Undang-Undang Amendemen Kewarganegaraan (CAA), ketika orang India "hidup bersama selama 70 tahun".

Baca Juga: Saham emiten CPO berpotensi bullish, berikut perusahaan yang layak dikoleksi

Ketiga, aksi Malaysia terhadap Zakir Naik. Menurut sumber, penyebab hubungan dingin lain antar kedua negara adalah keberadaan ulama India Zakir Naik di Malaysia. Dia menghadapi tuduhan pencucian uang dan ujaran kebencian di India. Dia tinggal di Malaysia lebih dari tiga tahun dan memiliki tempat tinggal permanen di negara ini. Meski demikian, Naik membantah tuduhan India.

2. Rekor penurunan terburuk dalam sepekan

Dalam sepekan, harga CPO sudah turun 7,2% dari posisi tertingginya di RM 3.100 pada Jumat (10/1) lalu. Ini menempatkan CPO pada jalur penurunan terburuk secara mingguan sejak September 2012.

Baca Juga: Cisadane Sawit (CSRA) Maksimalkan Momentum Kenaikan Harga CPO

"Harga jatuh setelah India memberlakukan pembatasan pada impor minyak kelapa sawit Malaysia," kata Paramalingam Supramaniam, Direktur Pialang Pelindung Bestari Sdn Bhd kepada Reuters.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×