Reporter: Namira Daufina | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Pelemahan ringgit Malaysia dan rencana China menggenjot impor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) menopang harga minyak sawit.
Mengutip Bloomberg, Rabu (2/11) pukul 15.34 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Januari 2017 di Malaysia Derivative Exchange naik 0,36% dibanding hari sebelumnya ke level RM 2.742 per metrik ton. Namun, sepekan terakhir, harga CPO tercatat turun 1,93%.
Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures menjelaskan, pelemahan ringgit Malaysia berhasil mendongkrak pergerakan harga CPO. Sebab, dengan harga jual yang lebih rendah, minyak sawit menjadi lebih menarik bagi pelaku pasar. Itu sebabnya, kenaikan masih terjadi meski di tengah penurunan harga minyak mentah. Biasanya pergerakan harga minyak menyetir harga komoditas energi lainnya.
Sentimen positif lainnya datang dari dalam negeri. “Pengadaan biodiesel Indonesia masih digenjot setidaknya hingga April 2017,” tutur Deddy. Pemerintah Indonesia menggalakkan pengadaan biodiesel sebanyak 1,53 juta kilo liter untuk periode November 2016-April 2017. Tentunya ini bisa membantu menyerap pasokan CPO secara global.
Selain itu, pada pertemuan 31 Oktober 2016 antara Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak dan Perdana Menteri China Li Keqiang diharapkan membuahkan kesepakatan impor CPO dalam volume yang lebih besar dari sebelumnya.
Sebagai gambaran, impor CPO oleh China merosot lebih dari 50% untuk periode Januari-Juni 2016 jika dibanding periode yang sama tahun lalu. “Sinyal akan adanya kenaikan impor ini memberikan suntikan tenaga bagi harga, ditambah lagi proyeksi ke depan permintaan CPO hingga akhir tahun masih akan tinggi,” proyeksi Deddy.
Namun, ia mengingatkan, masih ada potensi koreksi harga untuk jangka pendek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News