Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sektor perkebunan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) kembali bergairah lantaran terdongkrak faktor cuaca yang mempengaruhi harga jual. Harga CPO diperkirakan akan lebih baik di tahun ini dan akan mulai stabil di tahun depan.
Jumat (21/10) lalu, harga kontrak berjangka CPO pengiriman Januari 2017 berada di level RM 2.700 per ton.
Menurut analis MNC Sekuritas Yosua Zisokhi, sampai kuartal pertama tahun depan, harga CPO bisa naik sampai RM 2.900 per ton. Selanjutnya, harga akan stabil di kisaran RM 2.400–RM 2.600 per ton.
"Tahun depan, kemungkinan, tidak ada El Nino sehingga produksi sawit akan normal," kata Yosua, Jumat (21/10).
Dari emiten sektor perkebunan yang ada, Yosua lebih memilih PT PP London Sumatra Tbk (LSIP). LSIP ia nilai bagus karena leverage yang rendah. LSIP tidak memiliki utang ke bank sehingga tidak perlu membayar bunga.
"Meski penjualan turun, margin tetap stabil," jelas Yosua.
Meski begitu, Yosua melihat emiten seperti PT Astra Argo Lestari Tbk (AALI) dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) masih menarik. AALI memiliki lahan yang besar dan penguasa pasar minyak sawit di Indonesia.
Namun, AALI sudah sulit melakukan ekspansi dengan membuka lahan baru. Tapi, secara umum, pembukaan lahan baru memang menjadi tantangan bagi produsen CPO, seiring makin ketatnya aturan pemerintah terkait pembukaan lahan baru.
Hal ini disebabkan oleh kebakaran hutan yang sering terjadi. Maka, para produsen harus bisa memaksimalkan perkebunan yang ada.
Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya melihat, selain harga CPO, prospek emiten perkebunan dilihat dari land bank dan umur tanaman. Ia mengatakan umur tanaman AALI sudah tua.
Jika harus membuka lahan baru dan menanam lagi, itu membutuhkan biaya besar. Tapi, "Nama AALI sudah terkenal dan kuat. Maka, perusahaan pasti sudah memiliki strategi," kata William.
William lebih menyukai PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) karena umur tanamannya memasuki usia premium perkebunan sawit. Ia memprediksi dalam jangka pendek dan menengah harga CPO di kisaran RM 2.800 - RM 2.900 per ton.
SSMS pun menarik karena memiliki perkebunan dan pabrik kelapa sawit yang lokasinya berdekatan dalam radius 50 km, sehingga mengurangi beban transportasi. Sedang kinerja PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) diperkirakan akan terganggu karena kasus kebakaran hutan dan harus membayar denda.
Yosua masih merekomendasikan beli saham AALI, SSMS, dan LSIP serta tahan saham SGRO. Sedangkan William merekomendasikan tahan saham AALI, SSMS, LSIP, dan SGRO.
"Melihat posisi harga CPO saat ini saya masih optimistis harga bisa naik lagi," tambah William.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News