Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Penurunan harga minyak turut menyeret minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) semakin dalam. Meski ringgit Malaysia masih terpuruk, namun sentimen negatif dari China tidak mampu mendongkrak harga CPO.
Mengutip Bloomberg, Senin (24/8) pukul 13.10 WIB harga CPO kontrak pengiriman November 2015 di bursa Malaysia Derivative Exchange melorot 3,12% ke level RM 1.924 per metrik ton. Sedangkan dalam USD sedang tidak ditransaksikan. Level ini merupakan level terendahnya sejak 2013 silam. Tidak heran sepekan terakhir harga CPO tergerus 5,87%.
Ariston Tjendra, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menuturkan tekanan harga belum menghilang. Harga minyak mentah masih dalam tekanan dan ini menyeret harga CPO. Tercatat hingga Senin (24/8) pukul 12.00 WIB harga minyak mentah WTI kontrak Oktober 2015 ambruk 2,22% ke level US$ 39,55 per barel atau level terendahnya sejak 2009.
Selain itu kemerosotan harga minyak kedelai yang merupakan substitusi CPO juga ikut menambah beban harga CPO. Senin (24/8) harga minyak kedelai di bursa CBOT turun 2,5% ke level US$ 26,99 c/lb yakni pelemahan terdalam sejak November 2006 lalu.
Isu perlambatan ekonomi di China turut membawa tekanan pada harga CPO. Apalagi setelah People's Bank of China (PBOC) menerapkan kebijakan devaluasi terhadap mata uang Yuan Selasa (11/8) serta buruknya sajian data ekonomi China. "Sejak devaluasi yuan, China memang menjadi pusat perhatian apalagi semakin ke sini isu yang datang dari China kian negatif,” imbuh Ariston.
Terpaan bagi harga CPO belum berakhir di China. Bergeser ke Amerika Serikat, dalam sebulan mendatang pergerakan harga juga akan memperhatikan rencana kenaikan The Fed rate. "Jika The Fed akhirnya menahan suku bunga dengan alasan ekonomi AS mungkin tidak akan menekan harga CPO. Namun jika alasannya perlambatan ekonomi China, harga CPO akan teteap tertekan meski Fed rate tak jadi naik," lanjut Ariston.
Ariston menduga pelemahan harga CPO masih akan berlanjut Selasa (25/8) dan sepanjang pekan ini. “Buruk bagi komoditas termasuk CPO belum ada fundamental yang mendukung,” duga Ariston.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News