Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Cured Palm Oil (CPO) hari ini Rabu (6/11) kembali cetak rekor baru. CPO hari ini di bursa Malaysia ditutup di RM 2.515 per metrik ton dengan volume transaksi sebesar 18.634.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, kenaikan harga CPO bukan disebabkan CPO yang memasuki trend bulish melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dari mulai sentimen program kerja Jokowi terkait biodisel hingga perang dagang.
Baca Juga: Wilmar Cahaya (CEKA) yakin bisa raih laba bersih lebih baik tahun ini
Pasca pelantikan kabinet, Ibrahim sebut salah satu program kerja yang digalangkan pemerintah adalah 100 hari Biodisel. Dimana program kerja ini erat kaitanyan dengan penggejotan B20 dan B50 yang berdampak pada permintaan CPO melonjak untuk mengalihkan CPO ke Biodisel.
Sentimen lain, didorong oleh keadaan Iklim yang saat ini masih dalam musim kemarau. Menurut Ibrahim kemarau panjang dapat menghambat produksi yang disisi lain dengan adanya pengurangan produksi penawaran akan menurun dan meningkatkan permintaan CPO di pasar.
Permintaan ini terkait dengan beberapa negara di Asia yang sebentar lagi akan memasuki musim dingin. Secara historis, permintaan tinggi akan CPO akan terjadi sepanjang musim dingin di negara-negara Asia khususnya Jepang, Korea Selatan, Tiongkok dan India.
Perang dagang juga ambil andil dalam penguatan harga CPO. Tiongkok yang saat ini telah melakukan import kedelain dari Amerika sebesar 3x lipat dari nilai import biasanya mendorong pelonjakan harga kedelai di Amerika.
Baca Juga: Sawit Sumbermas (SSMS) tetap optimistis menghadapi sisa tahun 2019
CPO yang merupakan turunan dari minyak kedelai menurut Ibrahim otomatis akan terimbas. Hal ini disebabkan oleh CPO merupakan alternatif komoditas selain minyak kedelai dan minyak bunga matahari yang harganya jauh lebih tinggi.
Ibrahim juga sebut, konflik antara Malaysia dan India terkait import CPO menjadi ladang berkah bagi pelaku pasar domestik karena pelaku pasar memanfaatkan momentum ini untuk melakukan lebih banyak eksport ke India.
Faktor terakhir menurut Ibrahim yang mendorong naiknya harga CPO berasal dari langkah pemerintah yang berusaha untuk memerangi kampanye hitam perdagangan terkait komoditas minyak yang selama ini dilakukan oleh Uni Eropa.
Sebagaimana diketahui Uni Eropa saat ini tengah menghadapi permasalahan terkait rencana keluarnya Inggris. Sentimen ini penting menurut Ibrahim, pasalnya menjadi momentum bagi pemerintah lewat kementerian perdagangan untuk melakukan lobi politis agar Uni Eropa menghilangkan kampanye hitam terkait CPO.
Baca Juga: Industri sawit kompak berharap perbaikan kinerja di tahun 2020
Kenaikan harga CPO kali ini menurut Ibrahim harus diapresiasi pasalnya harga CPO saat ini sudah di atas ekspektasi harga CPO tahun 2019.
“Kalau sampai saat ini harga CPO naik itu sudah cukup bagus. Level 2.515 itu sudah melebihi ekspektasi. Karena ditahun 2019 itu ekspektasinya itu 2.400. Tapi kenyaatanya sekarang di level 2.515.
Artinya ini sudah melampaui target yang diinginkan pasar sehingga kemungkinan besar akan kembali terjadi penurunan.” Jelas Ibrahim yang dihubungi Kontan via jaringan seluler.
Terkait potensi kembali menguat menurut Ibrahim terdapat banyak faktor yang akan mempengaruhi pergerakan harga CPO. Namun Ia menilai terdapat potensi CPO akan kembali turun jika perang dagang kembali memanas.
Baca Juga: KTT ASEAN sepakat dorong peningkatan perdagangan, termasuk sawit
Namun penurunan yang diprediksikan ini merupakan hal yang wajar terjadi saat harga sudah melebihi ekspektasi pasar.
Untuk besok, Ibrahim proyeksikan CPO akan berada di range RM 2.515 – RM 2.540 dengan kemungkinan melemah. Sementara untuk pekan depan CPO diproyeksikan akan menguat di level RM 2.490-RM 2.530.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News