kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga CPO Sulit Kembali ke RM 5.000, Simak Rekomendasi Saham Sawit


Selasa, 30 Agustus 2022 / 08:05 WIB
Harga CPO Sulit Kembali ke RM 5.000, Simak Rekomendasi Saham Sawit


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) masih bertahan di sekitar level RM 4.000 per ton. Berdasarkan situs web Bursa Derivatif Malaysia, per Senin (29/8), harga CPO kontrak pengiriman November 2022 berada di RM 4.176 per ton.

Harga tersebut turun 1,51% dari harga akhir perdagangan pekan lalu yang sebesar RM 4.240 per ton. Sepanjang tahun 2022 berjalan, harga CPO juga sempat menyentuh level di atas RM 6.700 per ton.

Head Research Henan Putihrai Sekuritas Robertus Hardy menilai, harga CPO pada sisa semester kedua 2022 sulit untuk kembali ke level RM 5.000 per ton. Harga CPO juga akan lebih rendah dari harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) CPO pada semester 1 2022.

Baca Juga: Indonesia to Set Palm Oil Price Reference at $930.02/T for Sept 1-15 -Official

Menurut dia, harga CPO sulit naik karena ketersediaan stok di Indonesia dan Malaysia masih melimpah. "Ditambah lagi, harga minyak nabati lainnya mulai turun sejalan dengan bertambahnya produksi," kata Robertus saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (29/8).

Tapi, Robertus belum dapat memprediksi harga tertinggi CPO di sisa tahun ini maupun harga rata-rata tahunannya. Pasalnya, selama semester kedua 2022, pemerintah sering melakukan perubahan kebijakan yang memengaruhi harga CPO.

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya juga menilai harga CPO cukup berat untuk kembali naik ke level RM 5.000 per ton. Mengingat, suplai CPO kembali normal seiring terkendalinya kasus Covid-19 pada negara produsen CPO seperti Indonesia dan Malaysia.

Menurut Cheril, suplai yang berlebih tersebut beserta turunnya harga minyak substitusi CPO dapat menekan harga jual CPO. "Harga CPO bisa kembali terkerek apabila terkena sentimen tantangan cuaca ekstrem dan penurunan permintaan CPO akibat resesi global," ucap Cheril.

Baca Juga: Sejumlah Emiten Bukukan Kinerja di Atas Ekspektasi, Cermati Saham Rekomendasi Analis

Cheril melihat, saham-saham CPO sejauh ini masih terkonsolidasi. Dia merekomendasikan hold PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dengan target harga Rp 9.300 per saham, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) Rp 1.240, PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) Rp 1.370, dan PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) Rp 750 per saham.

Pada perdagangan Senin (29/8), AALI turun 0,27% ke level Rp 9.100 per saham, LSIP minus 1,21% menjadi Rp 1.220, STAA terkoreksi 2,55% ke Rp 1.340, dan TAPG stagnan di Rp 740 per saham.

Dari sisi fundamental, Robertus menilai, saham-saham CPO masih menarik untuk dilirik. Ia mengunggulkan TAPG, STAA, dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) karena masih memiliki pertumbuhan produksi yang didukung oleh umur pohon yang prima.

Robertus merekomendasikan buy ketiga saham ini. Target harga untuk TAPG berada di Rp 950 per saham, STAA Rp 1.700, dan DSNG Rp 850 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×