kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga CPO Melambung ke RM 5.628 saat Imlek


Senin, 31 Januari 2022 / 06:15 WIB
Harga CPO Melambung ke RM 5.628 saat Imlek


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga crude palm oil (CPO) atawa minyak sawit mentah terus menanjak. Pasokan yang masih seret, sementara permintaan naik menaikkan harga CPO. 

Mengutip Bloomberg, Jumat (28/1), harga CPO kontrak April 2022 di Malaysia Derivative Exchange sentuh level tertinggi di RM 5.628 per ton. Dalam sepekan harga CPO melonjak 5,75%. 

Research and Development ICDX, Girta Yoga mengatakan harga CPO melambung tinggi karena tren tahunan lonjakan permintaan jelang Tahun Baru Imlek. Sementara, pasokan CPO terbatas akibat efek pembatasn ekspor Indonesia dan ketatnya pasokan dari Malaysia. Alhasil, aharga CPO makin terkerek naik. 

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuabi mengatakan kenaikan harga CPO dibarengi dengan kenaikan harga komoditas lain yang tersulut memanasnya konflik Ukraina dan Rusia. Jika konflik kedua negara tersebut terus berlanjut, ada potensi terjadi hambatan ekspor ke Eropa Timur. Sentimen itu yang akhirnya menimbulkan spekulasi di tengah pasokan CPO yang masih ketat. 

Baca Juga: Kinerja Diramal Meningkat, Simak Rekomendasi Saham LSIP dari Ciptadana Sekuritas

Selain itu, uji coba biodiesel 40 (B40) di Februari juga menggerus pasokan global. Tentunya, Indonesia harus memenuhi permintaan di dalam negeri terlebih dahulu. Sementara, permintaan dari China, India dan Eropa meningkat pasca pemulihan ekonomi. 

Ibrahim masih memproyeksikan harga CPO berpotensi bertahan di harga tinggi RM 5.500 per ton pada kuartal I-2021. Namun, di kuartal selanjutnya, harga CPO berpotensi melandai jika terjadi pemulihan produksi di Malaysia. Secara rata-rata hingga akhir tahun Ibrahim memproyeksikan harga CPO berada di RM 4.000 per ton. 

Kompak, Yoga juga memproyeksikan tren kenaikan harga CPO di awal tahun ini berpotensi tidak bertahan hingga akhir tahun. Penyebabnya, efel La Nina berpotensi mulai mereda di Februari mendatang. Dengan begitu, prodiksi CPO di negara produsen utama juga diharapkan akan kembali pulih. 

Namun, tidak dipungkiri, ancaman penyebaran virus omicron dan naiknya kasus Covid-19 hingga saat ini masih menekan produksi CPO, terutama di Malaysia yang mendatangkan tenaga kerja asing di perkebunan sawit mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×