Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) secara historis punya pertumbuhan produksi yang flat lantaran penuaan pohon di kebun inti. Hal ini tercermin dari produksi inti Tandan Buah Segar (TBS) yang hanya pertumbuhan rata-rata tahunnya sebesar 0,4% sepanjang 2017-2020.
Kendati begitu, analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa memperkirakan LSIP akan mengalami perbaikan dan mampu catatkan pertumbuhan rata-rata produksi menjadi 1% untuk 2020-2023. Sejalan dengan peningkatan produksi inti TBS dan eksternal, produksi CPO milik LSIP juga meningkat 6,4% YoY menjadi 242 ribu ton.
“Volume penjualan CPO milik LSIP juga meningkat 12,7% YoY menjadi 250 ribu ton sementara volume penjualan produk PK meningkat 12,0% YoY menjadi 69 ribu ton. Dalam hal produksi dan penjualan, tahun lalu merupakan tahun yang baik bagi LSIP, terlebih harga jual rata-rata CPO dan PK juga lebih tinggi,” tulis Yasmin dalam risetnya.
LSIP juga tercatat berbenah untuk memperbaiki kinerja secara jangka panjang. Pasalnya, LSIP merupakan salah satu emiten sawit yang memiliki rata-rata usia pohon sawit yang tua di mana sebanyak 95.624 hektar kebun sawit memiliki usia pohon 18 tahun. Padahal usia produktif pohon sawit di kisaran 11 tahun.
Baca Juga: Harga Batubara Diramal Melandai, Simak Rekomendasi Saham Emiten Batubara dari Analis
Melalui kegiatan replanting, hingga akhir September 2021, LSIP mengoperasikan 9.797 ha kebun sawit belum menghasilkan atau 10% dari total luas tanam. Selain kelapa sawit, LSIP juga menanam 16.295 ha pohon karet dan 3.996 ha tanaman lainnya seperti kakao dan teh.
Walau secara produktivitas rendah, Yasmin menyebut LSIP masih membukukan peningkatan margin di mana margin kotor diperkirakan meningkat menjadi 37,2% pada tahun 2021. Hal ini seiring dengan harga CPO global yang naik 59,3% dalam setahun.
“Kami memperkirakan margin laba bersih akan meningkat menjadi 25,1% pada tahun 2021 mengikuti reli harga yang kuat . Lalu sedikit menurun menjadi 24,2% pada tahun 2022 karena kami mengharapkan harga CPO yang lebih stabil,” imbuh Yasmin.
Lebih lanjut, LSIP dinilai juga akan mendapatkan keuntungan dari harga CPO perusahaan yang pada akhir Januari 2022 berada di RM 5.600/ton. Yasmin menjelaskan, tingginya tingkat harga ini disebabkan oleh persediaan yang masih rendah di Indonesia dan Malaysia.
Baca Juga: Suku Bunga Diramal Bakal Naik, Simak Rekomendasi Saham Emiten Properti Berikut Ini
Adapun, ia memproyeksikan laba bersih LSIP pada tahun 2022 dan 2023 masing-masing meningkat 15,9% dan 15,8% menjadi Rp1,06 triliun dan Rp 1,87 triliun.
Yasmin saat ini masih mempertahankan rekomendasi beli untuk LSIP namun dengan target harga yang lebih rendah, yakni Rp 1.820 per saham, dari sebelumnya Rp 2.110 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News