kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga CPO melambung, ini penyebabnya


Kamis, 12 November 2020 / 16:19 WIB
Harga CPO melambung, ini penyebabnya
ILUSTRASI. Pekerja menurunkan Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit dari dalam truk pengangkutan di tempat penampungan. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mulai menghangat. Mengutip Bloomberg, Kamis (12/11), harga CPO di Bursa Derivatif Malaysia hari ini berada di level RM 3.338 per ton. Bahkan, kemarin (11/11), harga komoditas unggulan Indonesia ini berada di level RM 3.346 per ton.

Michael Filbery, Analis Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan, kenaikan harga CPO didorong oleh peningkatan permintaan CPO menjelang akhir tahun di tengah penurunan produksi maupun persediaan akhir CPO di Malaysia. 

Michael merinci, mengutip data Lembaga Minyak Sawit Malaysia tau Malaysian Palm Oil Board (MPOB), persediaan akhir CPO pada Oktober lalu terkoreksi 8,6% secara bulanan (mom) menjadi 1,57 juta ton. Jumlah end-stocks tersebut merupakan level persediaan CPO terendah sejak Juni 2017.

Selain itu, kenaikan harga komoditas CPO  juga didukung oleh peningkatan arus ekspor CPO di tengah adanya ancaman produksi pada kuartal keempat. “Tingkat permintaan di India menjadi lebih tinggi karena terdapat perayaan Diwali di pertengahan November,” terang Michael saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (12/11).

Baca Juga: Ekspor minyak sawit Indonesia naik 3% mom di bulan September

Sentimen lainnya adalah, prospek rendahnya produksi CPO di kuartal akhir tahun ini yang mempengaruhi peningkatan pada permintaan komoditas kedelai, yang mana hal ini menyebabkan peningkatan tajam pada harga kedelai. Di sisi lain, aktivitas perekonomian China yang sudah kembali berjalan telah meningkatkan permintaan kedelai.

Lebih lanjut, kondisi cuaca yang tidak mendukung di wilayah Amerika Selatan juga mempengaruhi prospek pasokan (supply) dari kedelai, sehingga akan meningkatkan harga soybean. Hal ini lah yang menyebabkan harga kedelai telah mencapai level tertingginya dalam 4 tahun terakhir.

“Disparitas dari harga kedelai terhadap harga CPO akan membuat harga CPO masih bisa bersaing dengan kedelai,” sambung Michael.

Sementara itu, Pemerintah Indonesia masih akan berfokus pada pengembangan biodiesel di sisa tahun ini hingga tahun depan. Fokus dari pemerintah tersebut tentunya akan meningkatkan penyerapan terhadap persediaan CPO di dalam negeri.

Fenomena La Nina diprediksi masih akan mempengaruhi laju harga CPO ke depannya. Dampak dari fenomena ini menyebabkan bencana hidrometeorologis seperti banjir yang akan mengganggu aktivitas panen dan mengurangi cadangan CPO. Kemudian, aktivitas panen Tandan Buah Segar (TBS) di Malaysia masih terhambat oleh adanya lockdown di beberapa wilayah perkebunan sawit di Malaysia. 

Selanjutnya: CPO Malaysia: Stok Merosot, India Geser Uni Eropa, Membayangi China

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×