CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.386.000   -14.000   -1,00%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Harga CPO Masih Tertekan di Awal 2024, Simak Sentimennya


Selasa, 30 Januari 2024 / 21:47 WIB
Harga CPO Masih Tertekan di Awal 2024, Simak Sentimennya
ILUSTRASI. Pekerja menimbang berat Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di salah satu kebun petani di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, Jumat (17/02/2023). Kementerian Perdagangan menetapkan harga referensi produk crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah untuk penetapan bea keluar (BK) dan tarif Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (Pungutan Ekspor) periode 16-28 Februari 2023 senilai USD880,03 per metrik ton, dimana jumlah tersebut naik sebesar 0,08 persen dari periode 1-15 Februari 2023 yaitu USD879,31 per metrik ton. ANTARA/Muhammad Izfaldi/foc.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga crude palm oil (CPO) masih tertekan sejak Desember 2023 hingga saat ini. Berdasarkan data dari Trading Economics, harga CPO hari ini, Selasa (30/1) berada di RM 384.000 per ton, turun 2,68%.

Menurut Mandiri Sekuritas, hal tersebut disinyalir karena perekonomian di Semester I-2024 masih melambat efek pelambatan China dan Eropa, sehingga berpengaruh terhadap harga komoditas, termasuk CPO yang bakal mengalami tekanan. 

Analis Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong mengatakan sentimen lainnya yang membuat harga CPO tertekan yaitu, adanya ekspektasi pada pemangkasan suku bunga oleh bank sentral dunia yang mundur, juga menekan harga komoditas secara keseluruhan. 

Baca Juga: Produksi CPO Dharma Satya Nusantara (DSNG) Naik 3,5% Sepanjang 2023

"Untuk CPO saya melihat faktor over supply pada CPO dan komoditas bersaing sejenis, seperti minyak soybean. Dengan perkembangan belakangan ini, CPO diperkirakan akan berkisar US$ 750 - US$ 850," ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Selasa (30/1). 

Sementara itu, Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, sentimen yang membuat harga CPO tertekan hingga saat ini yaitu karena minyak sawit berjangka Malaysia anjlok sekitar 1,5%, yang diperdagangkan di bawah MYR 3,900 per ton.

Kemudian, melemah untuk sesi kedua berturut-turut lantaran pelemahan berkepanjangan pada minyak nabati dan penguatan ringgit.

“Kontrak tersebut semakin menjauh dari level tertinggi dalam sembilan minggu di atas MYR 4,000 yang dicapai minggu lalu, karena para pedagang terus membukukan keuntungan mereka," ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, Selasa (30/1). 

Baca Juga: Ekonom: Hirilisasi Smelter Belum Mampu Sejahterakan Perekonomian Sekitar

LSEG Agriculture Research menyebutkan, tren minyak sawit akan menurun pada minggu ini seiring melambatnya permintaan dari India dan Tiongkok akibat ketidakpastian data ekonomi. 

Adapun momentum penurunan tersebut, dibatasi oleh kenaikan harga minyak mentah karena ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang masih berlanjut.

"Di sisi lain, pemulihan produksi masih belum pasti di tengah cuaca buruk di beberapa negara produsen utama," kata Sutopo. 

Baca Juga: Triputra Agro (TAPG) Bidik Pertumbuhan Produksi CPO

Sutopo mengatakan, berdasarkan data dari perdagangan Contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini, harga CPO meningkat 166 MYR/MT atau 4,46% sejak awal tahun 2024. 

Sementara itu, Minyak Sawit diperdagangkan pada 3570,70 MYR/MT pada akhir kuartal ini dan 3315,59 dalam waktu 12 bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[ntensive Boothcamp] Business Intelligence with Ms Excel Sales for Non-Sales (Sales for Non-Sales Bukan Orang Sales, Bisa Menjual?)

[X]
×