Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Laporan kenaikan ekspor minyak sawit atau crude palm oil (CPO) Malaysia serta produksi yang menyusut berhasil mengangkat harga CPO. Namun investor perlu mewaspadai koreksi harga dalam jangka pendek karena kenaikannya sudah terlampau tinggi.
Mengutip Bloomberg, Senin (21/3) pukul 15.25 WIB harga CPO kontrak pengiriman Juni 2016 di Malaysia Derivative Exchange terangkat 0,52% dibanding hari sebelumnya menjadi RM 2.693 atau setara US$ 663,46 per metrik ton. Ini merupakan level harga tertinggi dalam dua tahun.
Dibandingkan akhir tahun 2015, harga sudah tumbuh 5,28%. Tapi sore harinya, harga CPO turun lagi ke US$ 2.685.
Ariston Tjendra, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, menuturkan, penguatan harga CPO secara langsung ditopang laporan kenaikan ekspor Malaysia.
Menurut Intertek Testing Services, ekspor Malaysia periode 1–20 Februari 2016 naik 19,8% menjadi 712.954 ton dibandingkan periode yang sama bulan Januari. “Ini sokongan yang positif bagi pergerakan harga, apalagi level harga minyak WTI sedang terangkat,” kata Ariston.
Penguatan harga minyak bumi turut mengerek harga komoditas lain termasuk CPO.
Stok menyusut
Di sisi lain, pasokan CPO diprediksi menyusut. Prediksi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), produksi CPO Indonesia Februari 2016 hanya 2,04 juta ton, lebih rendah dibanding Januari 2016 sebesar 2,99 juta ton.
Pada saat yang sama, stok CPO Indonesia diproyeksikan turun menjadi 2,2 juta ton dari sebelumnya 4,36 juta ton. “Harga berada dalam jalur yang terus menanjak paling tidak hingga beberapa pekan ke depan,” prediksi Ariston.
Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menambahkan, kini pergerakan USD kembali stabil dan ringgit Malaysia melemah. Hal ini terjadi pasca pertemuan The Fed yang masih berhati-hati dalam menaikkan suku bunga. “Ini katalis pengangkat harga CPO,” tutur Deddy.
Produksi CPO yang minimjuga diprediksi berlangsung sepanjang tahun ini atau paling cepat akhir kuartal III-2016. Tahun ini, produksi CPO secara global diprediksi turun 3 juta ton dibandingkan 2015. “Sementara program biodiesel Indonesia akan banyak menyedot pasokan CPO,” jelas Deddy.
Ia menebak harga CPO bisa bertengger di kisaran RM 2.700–RM 2.780 akhir semester I-2016. Namun Deddy mengingatkan, koreksi harga di Selasa (22/3). Sebab secara teknikal, RSI bergerak di level 71 dan stochastic level 91, keduanya sudah overbought.
Harga bergulir di atas moving average 50. Garis MACD di area positif berpola downtrend. “Selasa (22/3) harga bisa bergerak di RM 2.650-RM 2.710 dan sepekan RM 2.600–RM 2.730,” ujar Deddy. Sementara Ariston memperkirakan, harga sepekan RM 2.590–RM 2.760 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News