Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) kembali tertekan. Banyak sentimen negatif yang mewarnai pergerakan harga CPO.
Mengutip Bloomberg, Kamis (23/11) pukul 18.15 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Februari 2018 turun 1,32% ke level RM 2.609 per metrik ton. Jika dibandingkan sepekan sebelumnya harga sudah jatuh lebih dalam sekitar 4,71%.
Faisyal, analis PT Monex Investindo Futures menuturkan, persoalan yang paling krusial adalah potensi penurunan permintaan akibat kenaikan pajak impor CPO di India dan pembatasan impor CPO dari kawasan Uni Eropa. Padahal, selama ini India dan Uni Eropa merupakan importir CPO terbesar di dunia.
Kementerian Keuangan India baru saja mengumumkan peningkatan bea masuk CPO menjadi 15% dari sebelumnya 7,%. Tak hanya itu pajak impor minyak kelapa sawit olahan juga dinaikkan dari 12,5% menjadi 17,5%. Sedangkan dari kawasan Uni Eropa, perkebunan kelapa sawit dianggap sebagai penyebab terjadinya deforestasi dan kebakaran hutan.
“Produksi saat ini boleh dibilang cukup tinggi, sementara permintaan enggak seimbang karena faktor India dan Uni Eropa,” imbuhnya.
Menurut Faisyal, tren bearish ini masih akan bertahan hingga akhir tahun nanti. Dalam hitung-hitungan Faisyal, kemungkinan harganya akan berada pada kisaran RM 2.500-RM 2.900 per metrik ton. Sebab, saat ini minim sentimen positif bagi CPO.
Ibrahim, analis PT Garuda Berjangka melihat, pelemahan harga CPO dipengaruhi penguatan ringgit. Meski di awal sesi perdagangan dollar AS masih lebih unggul, tetapi memasuki sesi Eropa, kondisinya mulai berbalik.
Mengutip Bloomberg pukul 19.00 WIB, pasangan mata uang USD/MYR terkoreksi 0,09% ke level 4,1075. Keunggulan ringgit membuat harga minyak sawit menjadi lebih menjadi lebih mahal untuk mata uang lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News