Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kembali melemahnya Ringgit Malaysia di hadapan dollar AS jadi penjegal kenaikan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Hanya saja koreksi masih terbatas mengingat adanya beberapa katalis pendukung kenaikan harga lanjutan.
Mengutip Bloomberg, Rabu (22/3) pukul 11.29 WIB harga CPO kontrak pengiriman Mei 2017 di Malaysia Derivative Exchange terkikis 0,07% ke level RM 2.807 per metrik ton dibanding hari sebelumnya.
Sejak awal pekan, Ringgit Malaysia berhasil bergerak unggul, namun di perdagangan hari ini hingga pukul 13.20 WIB ringgit malaysia bergerak stagnan di level 4,4255 di hadapan dollar AS atau sama dengan posisi penutupan hari sebelumnya. Tentu hal ini memberikan dampak masih tertekannya CPO meski koreksi kian terbatas.
"Pergerakan harga minyak mentah yang masih terus turun dan di bawah level US$ 50 per barel jadi beban yang menarik turun harga CPO," tambah Gnanasekar Thiagarajan, Head of Trading and Hedging Strategies Kaleesuwari Intercontinental seperti dikutip dari Bloomberg.
Ke depannya bukan tidak mungkin harga CPO terangkat lagi. "Harga minyak kedelai yang naik bisa mendorong kenaikan harga CPO akibat beralihnya pelaku pasar ke CPO sebagai komoditas substitusi minyak kedelai," ujar Gnanasekar.
Ia pun memperkirakan ada potensi terjadinya pengetatan pasokan dalam jangka pendek akibat risiko berlanjutnya El Nino. Hanya saja hal ini belum dapat dipastikan karena masih harus melihat bagaimana laporan cuaca beberapa waktu mendatang.
Untuk sementara waktu harga CPO dinilai akan terus bergerak dalam rentang RM 2.750 - RM 2.895 per metrik ton untuk jangka menengah ini. Tidak heran baik kenaikan ataupun penurunan masih terjadi dalam rentang yang sempit.
Namun selama harga CPO belum mampu menembus level resistance di RM 2.825 per metrik ton maka tekanan koreksi pada harga CPO masih akan terbuka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News