Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah naik tinggi pada Oktober 2023, Bitcoin (BTC) diprediksi masih menawarkan imbal hasil positif hingga akhir tahun. Potensi koreksi yang terjadi juga bisa menjadi titik masuk yang ideal.
Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengamati, pergerakan Bitcoin selama seminggu terakhir telah datar (sideways) pada kisaran US$ 34.000 hingga US$ 35.000. Konsolidasi harga tersebut masih terjadi hingga saat ini dengan potensi kenaikan lebih lanjut karena belum terkonfirmasi adanya tanda-tanda BTC mengalami breakdown di bawah US$ 34.000.
“Chart pattern dari Bitcoin membentuk bullish penant saat ini. Namun apabila BTC menembus di area bawah harga US$ 34.000 maka bisa menjadi pertanda kurang baik untuk Bitcoin,” jelas Fyqieh kepada Kontan.co.id, Jumat (3/11).
Baca Juga: Bitcoin Naik Paling Tinggi Sepanjang Oktober, Pasar Saham dan Obligasi Tertekan
Secara historis, Bitcoin juga memiliki tren positif pada bulan November sejak tahun 2013 yang mengalami lima kali penutunan positif berdasarkan Bitcoin Monthly Returns.
Fyqieh memaparkan, data tersebut secara tidak langsung menyiratkan adanya kemungkinan lebih dari 60% bahwa November akan tetap menguntungkan bagi Bitcoin, setelah bulan Oktober yang positif.
Pada November 2023 ini, beberapa sentimen pendorong akan muncul, termasuk kekhawatiran terkait kegagalan bank, perkembangan makroekonomi, dan peningkatan minat dari institusi-institusi keuangan. Semua faktor ini akan berkontribusi terhadap volatilitas pasar Bitcoin.
Menurut Fyqieh, potensi kenaikan di pasar kripto bulan November ini dapat merespon keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25% hingga 5,50%. Meskipun keputusan ini sudah diantisipasi, namun tetap memiliki dampak signifikan di pasar yang menguatkan investor dan trader di industri kripto.
Sementara menjelang akhir tahun, berita seputar ETF dan prospek halving Bitcoin berikutnya akan menjadi lebih penting. Dimana persetujuan BItcoin ETF diperkirakan akan terjadi dalam waktu sekitar enam bulan.
"Kebijakan suku bunga yang stabil telah memberikan dorongan bagi Bitcoin untuk mendapatkan kembali momentumnya. Ini mungkin akan membantu Bitcoin untuk dengan percaya diri mencapai level resisten di angka US$ 36.000 atau setara Rp 570 juta,” tutur Fyqieh.
Namun, Fyqieh juga memperingatkan bahwa angka tersebut mungkin akan sulit dicapai karena mengingat pidato dari Gubernur The Fed Jerome Powell, yang bisa memicu kekhawatiran baru tentang pengetatan kebijakan moneter bank sentral.
Sementara itu, responden di CME FedWatch Tool menunjukkan peningkatan kemungkinan kenaikan suku bunga pada pertemuan FOMC bulan Desember mendatang.
Crypto Analyst Reku Afid Sugiono mengatakan, potensi koreksi harga aset kripto terutama pada BTC masih sangat mungkin di akhir tahun ini. Seperti pada Desember tahun 2022 silam, Bitcoin terkoreksi sekitar -3,6% di akhir tahun.
“Berdasarkan data historis tersebut, harga akan cenderung tertahan dan tidak terpaut jauh dari harga saat ini yaitu di sekitar US$ 34.000,” ungkap Afid kepada Kontan.co.id, Jumat (3/11).
Baca Juga: Bitcoin Juara, Emas dan Dollar AS Idola
Afid mengamati, pasar kripto terutama Bitcoin juga memiliki siklus kuartalan di samping punya siklus empat tahunan. Pola pergerakan harga aset kripto seperti Bitcoin biasanya cenderung naik pada awal kuartal dan terkoreksi pada akhir kuartal.
Selain itu, Afid menambahkan, kenaikan harga Bitcoin pada bulan Oktober lalu dapat dikatakan sebagai periode penyesuaian dari bulan September. Hal ini juga dapat diakibatkan oleh kecenderungan investor institusional yang mungkin masuk ke aset kripto seperti Bitcoin sebagai bentuk investasi di kuartal keempat.
Investor aset kripto cenderung merespon positif keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga acuan pada awal November 2023 karena tingkat inflasi sudah cukup mereda. Pelaku investasi juga optimistis terhadap pengajuan ETF Bitcoin Spot yang semakin dekat, terbukti dengan adanya ticker dari ETF Bitcoin spot milik BlackRock yang sudah masuk ke depositori.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News