Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Meski sebelumnya sempat dielu-elukan, namun ternyata, saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) tidak kuat menghadapi gempuran pasar yang turun tajam hari ini. Saham Bayan terkerek mengikuti penurunan IHSG yang melemah hingga 3,38% menjadi 2057,579.
Pada hari pertama setelah pencatatan di Bursa Efek Indonesia, harga saham Bayan ditutup melemah Rp 350 atau turun 6,03% menjadi Rp 5.450 per saham dari harga pembukaan, yang ditawarkan seharga Rp 5.800 per lembarnya. Sedangkan pada sesi penutupan perdagangan, emiten berkode sandi BYAN itu ditransaksikan dengan total volume sebesar 170,65 juta saham dan frekuensi perdagangannya mencapai 2.658 kali. Meski demikian, pada awal perdagangan, saham Bayan sempat menguat hingga titik tertinggi di level Rp 6.300 per saham. Namun, pada sesi pertengahan perdagangan, harganya terus mengalami kemerosotan.
Sementara itu, PT Trimegah Securities selaku penjamin pelaksana emisi penawaran umum perdana Bayan, sudah melakukan penjatahan lebih saham tersebut sebesar 125 juta saham. Itu dilakukan atas nama milik dua pemegang saham. Dari penjatahan lebih itu, Bayan mampu meraup dana senilai Rp 725 miliar. Rencananya, dana itu akan digunakan untuk melakukan stabilisasi harga saham BYAN. Agen stabilitasnya adalah Trimegah Securities.
"Kita tidak bisa memberitahu kapan kita akan masuk pasar untuk melakukan stabilisasi harga," kata Akhabani, Direktur Investment Banking Trimegah hari ini. Trimegah memiliki waktu untuk melakukan stabilisasi harga hingga satu bulan setelah pencatatan saham Bayan Resources di BEI.
Setelah pencatatan, Bayan akan segera merealisasikan rencana penggunaan dana IPO itu. Memang, Bayan menargetkan mampu meraup dana sebesar Rp 5,56 triliun dalam IPO kali ini. Dana ini akan digunakan untuk melakukan akuisisi Kalimantan Floating Transfer Station seharga Rp 313,4 miliar. Sebagian dana lain juga akan digunakan untuk mengembangkan proyek Wahana sebesar Rp 360,2 miliar, pengembangan proyek Perkasa sebesar Rp 322,8 miliar, pengembangan proyek FTB sebesar Rp 148,3 miliar dan disanya Rp 711,9 miliar digunakan untuk modal perusahaan dan kebutuhan lain.
Ssampai akhir tahun nanti, Bayan menargetkan penjualan batubara sebesar 9,9 juta ton dengan perkiraan pendapatan sebesar US$ 700 juta. "Laba bersih kami tergantung harga minyak yang menelan biaya sekitar 30% dari total cost terutama untuk keperluan distribusi," kata Alastair McLeod, Direktur Keuangan Bayan usai pencatatan saham perdana. Ditaksir, laba bersih Bayan hingga akhir tahun ini bisa mencapai US$ 100 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News