Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara terus mengalami koreksi akibat pelemahan permintaan dari Eropa dan China.
Kontrak pengiriman batubara Newcastle untuk Maret 2023 di bursa ICE sudah tertahan di bawah level US$ 200 per ton selama dua hari terakhir.
Per Selasa (14/2), harga batubara berada di US$ 194,5 per ton, atau turun 2,14% dalam sehari.
Padahal pada akhir 2022, harga batubara masih berada di kisaran US$ 350 per ton.
Baca Juga: Gelar Buyback Saham Jumbo, Simak Rekomendasi Saham Adaro Energy (ADRO) Berikut Ini
Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, penurunan harga batubara disebabkan melemahnya permintaan, terutama dari Eropa dan China.
Permintaan batubara diperkirakan turun 30% pada Januari 2023.
Pembukaan kembali ekonomi China yang tidak sekuat yang diharapkan menjadi sentimen negatif bagi harga batubara.
Menurut Lukman, aktivitas industri meningkat, tapi tidak cukup cepat untuk menyerap kenaikan stok.
"China tengah mendorong produksi batubara walau di saat yang bersamaan juga meningkatkan investasi pada energi terbarukan," kata Lukman, Rabu (15/2).
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai, harga batubara berangsur kembali ke harga fundamental.
"Penurunan harga batubara sangat wajar karena sebelum Covid-19, harga batubara tertinggi hanya US$ 116 per ton," kata Ibrahim.
Baca Juga: Harga Batubara Turun ke Bawah US$ 200 Per Ton, Ini Pemicunya
Permintaan dari Eropa juga kini cenderung stabil.
Eropa lebih memilih untuk mengimpor batubara dari benua yang lebih dekat yakni Afrika Selatan.
Sehingga, ekspor batubara dari kawasan Asia cenderung berkurang.
Lukman menilai, prospek harga batubara akan bergantung pada laju pemulihan ekonomi di China.
Lukman meramal harga batubara pada 2023 bisa bertahan di kisaran US$ 200-US$ 250 per ton.
Sementara Ibrahim memprediksi harga batubara stabil di level US$ 110 per ton pada 2023 dan berpotensi jatuh ke bawah US$ 100 per ton di 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News