Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara mulai terkoreksi dan meninggalkan posisi tertingginya saat ini. Dengan melihat 12 bulan grafik Newcastle Coal Price (tolak ukur harga batubara), Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Samuel Glenn Tanuwidjaja memperkirakan harga spot batubara akan berada di kisaran US$ 215 – US$ 235 per metric ton.
Proyeksi ini dengan melihat adanya sejumlah sentimen. Pertama, rencana pembatasan atau price cap untuk harga jual dan beli batubara oleh pemerintah China dan adanya peraturan baru, dimana pemerintah China mengizinkan kenaikan kapasitas produksi untuk pabrik-pabrik batubara di bagian utara.
Hal tersebut menimbulkan efek psikologis pasar, dimana pasokan pada tahun 2022 akan jauh lebih mencukupi kebutuhan kebutuhan global. Harga futures ICE Newcastle untuk Desember 2021 juga sudah berada di level di bawah US$ 190 per ton.
Kedua, adanya krisis supply batubara ke China sebagai konsumen batubara terbesar dunia yang sedang bersitegang dengan pemasok utamanya, yakni Australia. Saat ini, permintaan dari negara-negara eksportir lain seperti Rusia dan Indonesia akan tetap stabil.
Baca Juga: Ada wacana percepatan penutupan operasional PLTU, begini prospek emiten batubara
Glenn menyebut, China baru saja mengimpor 3,7 juta ton batubara thermal coal dari Rusia dan 3,1 juta ton dari Indonesia pada bulan September 2021. Angka impor tersebut masing-masing naik 235% dan 85% dari periode yang sama tahun 2020.
Ketiga, bulan Desember adalah periode musim dingin bagi negara konsumen batubara terbesar seperti China, Amerika Serikat (AS), dan India. Pada periode tersebut, batubara lebih banyak dibutuhkan untuk jadi bahan baku electricity power plants, bahan baku pabrik besi, dan kereta api.
Keempat, harga gas alam sebagai substitusi batubara untuk bahan baku penghangat (household heater) dan kompor serta pembangkit listrik sudah naik signifikan. Bahkan di beberapa kota di AS, harga gas alam sudah mencapai level tertinggi dalam lima tahun. Akibatnya, permintaan untuk batubara diprediksi tetap stabil.
Bersamaan, harga sejumlah saham emiten batubara juga melemah mengikuti koreksi yang terjadi pada harga batubara. Misalkan, saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang dalam sepekan melemah 2,08%. Saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melemah 1,12%, saham PT United Tractors Tbk (UNTR) melemah 4,88%, dan saham PT Indika Energy Tbk (INDY) melemah 2,81% dalam sepekan.
Glenn menilai, koreksi tersebut merupakan hal yang wajar, mengingat rata-rata saham ini sudah mengalai kenaikan harga yang cukup tinggi dari awal tahun. Emiten penambang batubara pun dinilai masih punya prospek yang menjanjikan.
Baca Juga: Kinerja di atas ekspektasi, Panin Sekuritas rekomendasikan beli saham AALI
Glenn menyebut, emiten yang punya porsi pendapatan cukup besar dalam mengekspor batubara seperti PTBA dan ADRO akan mendapat sentimen positif pada kuartal IV-2021. “Hal ini dikarenakan penjualan dari ekspor mereka naik cukup signifikan ke negara-negara seperti China, Taiwan, dan India,” terang Glenn.
Efek penekanan harga batubara yang dilakukan pemerintah China masih butuh waktu untuk memberi sentimen negatif kepada saham-saham batubara di Indonesia.
Glenn melihat, kinerja PTBA sepanjang sembilan bulan pertama 2021 cukup solid. Estimasi optimistis yang dipasang NH Korindo Sekuritas untuk penjualan dan net income pada kuartal ketiga pun sudah dicapai PTBA.