Reporter: Dina Farisah | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Harga batubara melesat mengikuti reli harga minyak dunia. Meski demikian, kenaikan harga batubara ini dinilai hanya bersifat sementara.
Mengutip harga Bloomberg, Jumat (17/4), kontrak pengiriman batubara bulan April berada di level US$ 57,90 per metrik ton. Harga naik 1,9% dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, harga batubara meroket sebesar 5,9%.
Ibrahim, analis dan Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka mengatakan, kenaikan harga batubara didukung oleh kenaikan harga minyak dunia. Adanya pemeliharaan kilang minyak mengakibatkan cadangan minyak Amerika Serikat (AS) meningkat. Kondisi ini tutut mengerek harga minyak dan diikuti lonjakan harga batubara.
“Sentimen positif batubara juga ditengarai oleh langkah pemerintah yang mencanangkan pembangkit listrik tenaga uap berbahan dasar batubara,” ujar Ibrahim.
Meski demikian, reli batubara ini hanya berlaku jangka pendek. Menurut Ibrahim, penguatan batubara sangat wajar. Sebab, harganya sudah rontok terlalu lama, yakni sejak tahun 2011. Untuk jangka panjang, batubara masih meredup lantaran permintaan global sedang lesu. Di tambah lagi, PDB China juga menurun dari 7,3% pada kuartal IV-2014 menjadi hanya 7% pada kuartal I-2015.
Guntur Tri Hariyanto, analis PT Pefindo menuturkan, tren kenaikan harga batubara belakangan ini didorong oleh menguatnya mata uang Rusia. Permintaan batubara dari Eropa sebagian besar dari Rusia. Batubara juga terapresiasi oleh penurunan produksi batubara di Indonesia yang turun 21% year on year (yoy) sepanjang kuartal I-2015.
Di sisi lain, lanjut Guntur, Energy Information Administration (EIA) memberikan prediksi harga batubara di AS yang diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 1% tiap tahun hingga tahun 2040, terutama di mulut tambang. Namun perlu dicatat, prediksi EIA ini dengan mempertimbangkan penurunan produktivitas pasokan dari berbagai tambang.
“Meskipun terjadi bullish harga dalam beberapa waktu lalu, batubara dalam dalam tekanan. Dengan terus menurunnya harga, biaya produksi para produsen memang terus mengalami efisiensi. Meski demikian, pengurangan produksi masih akan terus terjadi untuk mengimbangi penurunan harga,” terang Guntur.
Secara teknikal, Ibrahim menjelaskan pergerakan harga batubara jangka pendek masih didominasi penguatan. Bollinger band dan moving average berada 20% di atas bollinger tengah. Ini mengisyaratkan kenaikan batubara. Moving average convergence divergence (MACD) masih wait and see. Indikator stochastic berada 70% di area positif. Sementara relative strength index (RSI) berada 60% di area negatif.
Ibrahim memprediksi harga batubara Senin (20/4) berada di kisaran US$ 57,00-US$ 58,10 per metrik ton. Sementara harga batubara sepekan berkisar antara US$ 56,50-US$ 59,20 per metrik ton. Guntur menduga harga batubara sepekan terbentang di antara level US$ 56,00-US$ 59,00 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News