kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.194   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.098   1,24   0,02%
  • KOMPAS100 1.062   -0,62   -0,06%
  • LQ45 835   -0,27   -0,03%
  • ISSI 215   0,10   0,04%
  • IDX30 427   -0,19   -0,04%
  • IDXHIDIV20 515   1,35   0,26%
  • IDX80 121   -0,20   -0,17%
  • IDXV30 125   -0,20   -0,16%
  • IDXQ30 142   0,12   0,08%

Harga Batubara Solid, Simak Rekomendasi Saham Emiten Kontraktor Tambang Berikut Ini


Senin, 09 Mei 2022 / 07:15 WIB
Harga Batubara Solid, Simak Rekomendasi Saham Emiten Kontraktor Tambang Berikut Ini


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga komoditas khususnya batubara tidak hanya membawa berkah bagi emiten pertambangan batubara. Emiten penunjang jasa tambang seperti kontraktor pertambangan juga ikut kecipratan rezeki.

Salah satunya adalah PT United Tractors Tbk (UNTR), yang memiliki bisnis kontraktor tambang melalui PT Pamapersada Nusantara (Pama). Merujuk pada laporan keuangan  UNTR, Pama membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 8,5 triliun sepanjang kuartal pertama 2022. Angka ini naik 22% dibandingkan periode yang sama tahun 2021.

Hanya saja, Pama mencatatkan penurunan volume produksi batubara sebesar 12% dari semula 27,2 juta ton menjadi 23,9 juta ton. Di sisi lain, Pama juga membukukan kenaikan volume pekerjaan pemindahan tanah  (overburden removal) sebesar 9% dari 190,1 juta bank cubic meter (bcm) menjadi 207,3 juta bcm.

Tak hanya bisnis kontraktor tambang, bisnis alat berat dan mesin konstruksi UNTR juga tumbuh positif. Pendapatan unit usaha mesin konstruksi sampai dengan triwulan pertama tahun 2022 mencapai Rp 9,7 triliun. Realisasi ini melesat 122% dibandingkan triwulan pertama tahun 2021 sebesar Rp 4,3 triliun.

Baca Juga: IHSG Diramal Sentuh 7.750 Tahun Ini, Ini Daftar Saham Jagoan BRI Danareksa Sekuritas

Kenaikan pendapatan segmen mesin konstruksi tidak terlepas dari kenaikan penjualan alat berat. Sampai dengan Maret 2022, volume penjualan alat berat Komatsu tercatat sebanyak 1.694 unit atau melonjak 146% jika dibandingkan dengan periode Maret 2021 yang hanya sebanyak 688 unit.

Harga batubara yang sedang tinggi juga dimanfaatkan oleh sejumlah emiten kontraktor tambang untuk menaikkan target produksi tahun ini. PT Samindo Reosurces Tbk (MYOH) menargetkan volume pengupasan lapisan tanah atau overburden removal sebanyak 38 juta bank cubic meter (bcm) untuk tahun ini.

Target ini naik dari realisasi overburden removal sepanjang tahun lalu sebanyak 36,4 juta bcm.

“Strategi kami masih sama  yakni mendorong produktivitas dengan memprioritaskan keselamatan kerja,” terang Kepala Hubungan Investor Samindo Resources Ahmad Zaki Natsir kepada Kontan.co.id.

PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) juga menaikkan target operasional tahun ini. Catatan Kontan.co.id, sepanjang tahun 2022 ini, DOID mengejar target volume pengupasan lapisan tanah penutup sebanyak  480 juta bcm - 565 juta bcm, serta target produksi batubara 74 juta - 86 juta ton.

Baca Juga: Membalikkan Kerugian Menjadi Laba, Ini Rekomendasikan Saham Ramayana (RALS)

Angka tersebut lebih besar jika dibandingkan realisasi OB dan produksi batubara DOID di tahun 2021, dengan realisasi volume OB full year 2021 sebanyak 326 juta bcm dan realisasi produksi batubara 53,7 juta ton.

Analis Trimegah Sekuritas Hasbie mempertahankan rating overweight terhadap sektor kontraktor batubara. Hasbie merekomendasikan beli saham UNTR dengan target harga yang lebih tinggi, yakni menjadi Rp 36.000 dari sebelumnya Rp 33.000 per saham. Kenaikan target ini seiring dengan peningkatan estimasi laba UNTR.

 

Hasbie meyakini Komatsu Jepang akan meningkatkan kuota alat berat Komatsu Indonesia. Oleh karena itu, Trimegah Sekuritas meningkatkan proyeksi penjualan Komatsu tahun ini, dari 3.700 unit menjadi 4.800 unit atau naik 58% secara year-on-year (YoY). Proyeksi ini sudah kembali ke level yang sama pada tahun 2018 atau sebelum pandemi.

Trimegah Sekuritas juga merekomendasikan beli saham DOID dengan target harga Rp 900.  Trimegah berekspekstasi kinerja DOID akan menjadi lebih solid dan sehat pada periode 2022-2025.

Hal ini didorong oleh eksposur belanja modal yang prudent, karena belanja modal telah mencapai puncaknya pada 2021-2022. Selain itu, DOID memiliki tingkat EBITDA yang lebih kuat dan neraca yang lebih sehat.

Namun, risiko utama untuk rekomendasi ini diantaranya volume operasional yang lebih rendah dari perkiraan serta harga batubara yang lebih rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×