CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga Batubara Naik, Indika Bisa Raup US$ 41 Juta


Senin, 08 September 2008 / 22:07 WIB


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Test Test

JAKARTA. Sepertinya, kinerja PT Indika Energy Tbk (INDY) bakal cerah pada tahun ini. Indikasi ini tercermin dari keputusan lembaga pemeringkatan Fitch Rating mendongkrak prospek perusahaan tambang dan energi terpadu tersebut dari stabil menjadi positif. Sedangkan peringkatnya tetap B.

Pertimbangan Fitch berdasarkan perkiraan kenaikan bagian laba bersih dari anak perusahaan Indika yang bergerak di bidang pertambangan batubara, yaitu PT Kideco Jaya Agung. Maklum, perusahaan tidak bisa mengkonsolidasikan pendapatan Kideco lantaran hanya mengempit 46% saham.

Meski begitu, Fitch menghitung, Indika bisa meraup duit US$ 41,1 juta atau sekitar Rp 378,12 miliar yang merupakan bagian dari laba bersih Kideco pada tahun ini. Potensi bagian dari laba bersih itu lebih tinggi dua kali lipat dari perkiraan awal sebesar US$ 22,1 juta. Sedangkan secara tidak langsung, lembaga pemeringkat asing itu memperkirakan laba bersih Kideco pada 2008 dapat mencapai US$ 89,35 juta.

Proyeksi kenaikan bagian laba bersih dari Kideco tersebut berdasarkan peningkatan harga batubara sepanjang tahun ini. Indika bisa meraup bagian lebih besar lagi kalau rencana Kideco mendongkrak volume produksi dari 24 juta ton menjadi 30 juta ton tahun depan bisa berjalan mulus.

Selain itu, pendapatan Indika bisa menggelembung seiring dengan melonjaknya permintaan minyak dan gas dalam negeri. Maklum, perusahaan memiliki 100% saham Tripatra, anak perusahaan yang menangani bisnis Engineering, Procurement, and Construction (EPC).

Menurut Mastono Ali analis dari Valbury Asia Securities, sebagai perusahaan induk kontribusi pendapatan Indika diperoleh dari anak-anak perusahaan. "Ke depannya, yang akan terus tumbuh adalah Tripatra dan Kideco," imbuhnya. Meski begitu, Tripatra masih bisa terkenar risiko kalau mereka tidak bisa mendapatkan kontrak-kontrak baru. Maklum, bisnis kontraktor pertambangan dan pembangkit listrik sangat ketat. Akhir tahun lalu, Tripatra mengantongi kontrak hingga US$ 310,2 juta dan jumlah tersebut bertambah sebesar US$ 67,3 juta sepanjang semester satu tahun ini.

Selain itu, Indika telah menandatangani perjanjian jual-beli perusahaan tambang senilai US$ 20 juta pada bulan Agustus lalu. Perusahaan ini juga mengalokasikan dana US$ 80 juta untuk membangun seluruh infrastruktur pertambangan tersebut.

Tambang yang berlokasi di Kalimantan Selatan itu memiliki cadangan potensial sebesar 47 juta ton batubara dan cadangan terukur sebesar 17,5 juta ton. Indika juga masih menjajaki akuisisi beberapa tambang batubara lain. Mastono memperkirakan, emiten bersandi INDY sudah memiliki anak perusahaan khusus perdagangan batubara.

Sebenarnya Indika masih punya duit banyak dari hasil penawaran umum saham perdana ke publik (IPO) pada Juni lalu. Dari hajatan itu, perusahaan mengantongi dana tunai sebesar US$ 260 juta. Selain itu perusahaan ini juga telah menerbitkan surat utang senilai US$ 103,5 juta tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×