Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara ICE Newcastle kontrak Maret ditutup di angka US$ 123,65 per ton atau naik 3,2%. Harga tersebut menjadi yang tertinggi dalam 10 hari terakhir ini.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi juga mengatakan tren penguatan ini terjadi setelah harga batubara menyentuh level terendah dalam 2,5 tahun pada 29 Januari 2024 di harga US$ 115,5 per ton.
Ibrahim menjelaskan, penguatan harga batubara saat ini terjadi karena berkesinambungan dengan pengetatan ekspor, di mana negara ekspor terbesar di dunia yakni Australia mengalami penurunan produksi.
Baca Juga: Menguat 3,13% di Awal Pekan, Harga Batubara Masih Berpotensi Tertekan di Tahun Ini
Sehingga harga FOB Australia meningkat, dan menimbulkan tekanan lebih lanjut bagi India dalam menyeimbangkan rencana pengadaan jangka panjang pada produk Australia.
“Hal ini sebenarnya yang membuat harga itu bersaing. Karena batubara Australia itu adalah batubara berkalori tinggi yang harganya di atas US$ 4.000 per metrik ton,” ujar Ibrahim kepada Kontan.co.id, Selasa (6/2).
Ibrahim menyebutkan, bahwa produk batubara Australia menyumbang 52% dari total impor India pada 2023, turun dari 73% dua tahun sebelumnya. Dia menilai, adanya keterbatasan pasokan Australia sebagai eksportir terbesar kedua global turut menjadikan sentimen penguatan harga batubara.
“Hal ini dapat membuat berbagai negara berebut batubara Australia, karena memiliki kualitas tinggi,” kata dia.
Baca Juga: Kementerian ESDM Targetkan Pembangunan 16 Smelter Mineral, Ini Kata Pelaku Usaha
Selain adanya penurunan pasokan Australia, Ibrahim mengatakan bahwa pasokan batubara di China juga mulai berkurang pada akhir Januari lalu.
Hal ini karena tambang batubara China yang secara bertahap ditutup menjelang liburan, ditambah terjadinya penangguhan produksi secara tiba-tiba di kota Pingdingshan, Henan, setelah kecelakaan tambang batubara yang fatal.
Lebih lanjut, dia menjelaskan sentimen lainnya yang membuat harga batubara menguat karena adanya liburan tahun baru Imlek di China, sehingga dapat menggenjot permintaan batubara untuk memaksimalkan produksi barang konsumsi dan memenuhi permintaan listrik industri yang menguat.
“Tentu dengan begitu membuat permintaan menjadi banyak tapi pasokan batubara terbatas, sehingga memberikan dukungan pada penguatan harga batu bara,” kata dia.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Bluechip di LQ45 yang Masih Menarik Dikoleksi
Tak hanya itu, Ibrahim mengatakan, tambang batubara di Tiongkok berencana akan ditutup sementara selama libur imlek sampai 17 Februari 2024. Kemudian di sisi lain, sektor industri juga terus mengalami peningkatan pasca memasuki musim dingin, sehingga membuat harga baru bara mengalami kenaikan signifikan.
Ibrahim menilai, pasokan batubara global diperkirakan masih akan menyusut akibat terbatasnya pasokan Australia dan China, sedangkan dari sisi permintaan masih memiliki potensi menguat sejalan dengan adanya tahun baru Imlek di China.
Ibrahim pun memprediksi, harga batubara untuk tahun 2024, berkisar di US$ 90-US$ 140 per metrik ton.
Baca Juga: Menakar Valuasi Saham Bluechip di LQ45, Mana yang Murah dan Menarik Koleksi?
Sementara itu, Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, harga batubara masih tertekan, walau revisi pertumbuhan ekonomi oleh IMF memberikan sedikit dukungan pada harga.
Menurut Lukman, sentimen utama masih pada pertumbuhan ekonomi global yg diperkirakan lebih lambat tahun ini begitu pula permintaan batubara.
“Dolar AS yang masih kuat akhir-akhir ini, juga akan terus menekan harga,” kata dia kepada Kontan.co.id, Selasa (6/2).
Baca Juga: Akuisisi Petrosea (PTRO), Petrindo (CUAN) Gunakan Dana Pinjaman dari BNI
Secara keseluruhan, Lukman mengatakan bahwa pasar batubara masih oversupply. Dengan harga jangka pendek sekitar US$ 110 - US$ 125 per metrik ton, dan harga jangka panjang berkisar US$ 90 - US$ 110 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News