kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga batubara hangat jelang musim dingin


Kamis, 27 November 2014 / 07:39 WIB
Harga batubara hangat jelang musim dingin
ILUSTRASI. Palu persidangan.


Reporter: Dina Farisah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Di tengah suhu udara mulai mendingin di Amerika Serikat (AS) dan kawasan Inggris, harga batubara naik ke level tertinggi sejak akhir Oktober 2014. Kenaikan harga batubara tersulut harga gas alam, yang naik menjelang musim dingin. Sejumlah pembangkit listrik beralih ke bahan bakar batubara.

Harga batubara kontrak pengiriman Desember di ICE Newcastle Coal di US$ 65,30 per ton pada Selasa (25/11), naik 0,46% dibandingkan hari sebelumnya. Ini merupakan kenaikan beruntun hari ketiga  dan merupakan level tertinggi sejak akhir Oktober lalu.

Menurut CustomWeather Inc seperti mengutip Bloomberg, suhu udara di London  turun ke 0,3 derajat Celcius (33 Fahrenheit) pada 25 November. Ibrahim, Direktur Equilibirium Komoditi Berjangka mengatakan, kenaikan harga gas alam memicu pembangkit listrik beralih menggunakan batubara. "Ini menjadi sentimen positif bagi batubara," ujar Ibrahim.

Senada, Guntur Tri Hariyanto, analis PT Fefindo, mengatakan kenaikan harga batubara tersokong kenaikan harga gas alam menjelang musim dingin. "Kenaikan ini membuat pembangkit listrik yang biasanya menggunakan gas alam beralih ke batubara, karena harganya lebih murah," jelasnya.

Ibrahim menambahkan, musim hujan di Indonesia sebagai salah satu negara penghasil batubara terbesar turut memicu kenaikan harga batubara. Pasalnya, perusahaan tambang terpaksa menghentikan produksi, akibatnya stok batubara anjlok.

Hambatan harga

Kendati harga mulai menanjak beberapa hari terakhir, Ibrahim menilai, kenaikannya tidak akan terlalu tinggi. Maklum, penguatan dollar AS  serta perlambatan ekonomi China menghambat laju harga.

Kebijakan pemangkasan suku bunga Bank Sentral China juga tidak cukup signifikan mendorong ekonomi. Pasalnya, kebijakan moneter tersebut bersamaan dengan jatuh tempo utang luar negeri Tiongkok yang sebesar CNY 500 miliar.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi India sebagai pengguna batubara terbesar lainnya lebih rendah dibandingkan prediksi analis di kuartal III 2014 lalu. Ini berdampak pada penurunan permintaan batubara dari negara tersebut. Ibrahim melihat, batubara masih berpotensi menguat terbatas. Fokus pasar saat ini masih tertuju pada kenaikan harga gas alam  menjelang musim dingin.

Secara teknikal, moving average (MA) dan bollinger band berada 40% di atas bollinger tengah. Stochastic masih wait and see. RSI berada 60% area negatif mengindikasikan penurunan. Sedangkan MACD berada 65% di area positif menunjukkan potensi kenaikan.

Ibrahim memprediksi, harga batubara akan bergerak di kisaran US$ 64,3–US$ 66,10 per ton. Dalam sepekan, harga bergulir di antara US$ 63–
US$ 67. Sedangkan Guntur menduga, harga stabil di US$ 65–US$ 66 per ton.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×