Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masih bergairahnya tingkat permintaan mengerek harga batubara sepanjang semester pertama 2018. Tren bullish batubara ini pun diproyeksi berlanjut, selama permintaan tetap terjaga, terutama dari China.
Deddy Yusuf Siregar, analis Asia Tradepoint Futures, cukup yakin harga batubara masih bakal bertengger di atas level US$ 100 per metrik ton hingga akhir tahun. Namun, harga bisa terkoreksi seiring dengan permintaan dari Negeri Tirai Bambu yang berkurang. "China punya kebiasaan menimbun stok batubara di semester pertama, sehingga mendekati musim dingin, tingkat permintaan akan mulai berkurang," kata Deddy, Senin (2/7).
Seperti yang diketahui, batubara kerap digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap maupun bahan penghangat ruangan yang sangat krusial setiap musim dingin tiba. Jika permintaan China berkurang secara signifikan, harga batubara pun bisa jadi tak secemerlang di periode enam bulan pertama ini.
Kendati demikian, Purchasing Managers' Index (PMI) sektor manufaktur China per Mei dirilis masih ekspansif di level 51,5. Begitu pun dengan PMI sektor manufaktur China versi Caixin yang berada di level 51,0.
Deddy menilai, meski ada perlambatan, data tersebut mengindikasikan industri manufaktur China masih tumbuh sehingga permintaan terhadap batubara ke depannya masih akan terjaga. Selain itu, ia juga tidak mengkhawatirkan kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve di sepanjang sisa tahun ini lantaran tidak akan mempengaruhi harga layaknya di semester pertama.
Proyeksi Deddy, di paruh kedua tahun ini, harga batubara bergerak dalam rentang US$ 105,50 - US$ 115 per metrik ton. "Kalau mendekati akhir tahun harga masih bertahan di level US$ 113, peluang terbuka untuk menyentuh US$ 115 di akhir 2018," kata dia.
Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (29/6), harga batubara kontrak pengiriman Juli 2018 di ICE Future Exchange berada di posisi US$ 113,9 per metrik ton. Jika dihitung secara year-to-date (ytd), harga batubara tercatat melonjak 19,45%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News