kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.489   11,00   0,07%
  • IDX 7.739   4,22   0,05%
  • KOMPAS100 1.203   1,55   0,13%
  • LQ45 960   1,26   0,13%
  • ISSI 233   0,11   0,05%
  • IDX30 493   0,35   0,07%
  • IDXHIDIV20 592   1,04   0,18%
  • IDX80 137   0,14   0,10%
  • IDXV30 143   0,14   0,10%
  • IDXQ30 164   0,06   0,04%

Harga batubara dinilai masih berpotensi naik


Kamis, 10 Juni 2021 / 21:20 WIB
Harga batubara dinilai masih berpotensi naik
ILUSTRASI. Sebuah kapal tongkang pengangkut batubara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (2/10/2020). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara ICE Newcastle kontrak Juli 2021 kembali naik ke level US$ 118,50 per metrik ton di hari Rabu (9/6). Selama bulan Juni 2021, harga batubara ICE Newcastle kontrak Juli naik 5,8% dari level US$ 112 per metrik ton di akhir bulan Mei.

Secara year to date (ytd) harga batubara ini naik 47,94%, dari US$ 80,10 per metrik ton di akhir tahun 2020. Menurut Founder Traderindo.com Wahyu Laksono, naiknya batubara saat ini mengikuti tren energi, seperti harga minyak yang tetap di level US$ 70-an per barel.

Secara fundamental, menurutnya stimulus masih menjadi sumber dari naiknya batubara, dengan banyaknya uang yang beredar. Selain itu, ia melihat bahwa permintaan yang kuat untuk listrik di China ditambah dengan perlambatan produksi batubara lokal yang dikombinasikan dengan larangan impor batubara Australia, menciptakan kondisi yang sempurna bagi batubara untuk terus naik.

Baca Juga: Menyusutnya pasokan dinilai sebagai penyebab naiknya harga batubara

Ia juga menilai bahwa pihak berwenang China yang sedang menjajaki cara untuk mengendalikan lonjakan biaya energi, termasuk dengan membatasi harga batubara. Terhambatnya pasokan justru oleh masalah kebijakan investasi padahal permintaan masih tinggi.

“Batubara mengalami lonjakan permintaan yang dramatis tepat ketika beberapa penambang utama dilanda masalah produksi, memicu lonjakan harga dari China ke Eropa dan AS,” kata Wahyu kepada Kontan, Kamis (10/6).

Hal lain juga karena suhu yang terik di Asia Utara yang meningkatkan kebutuhan AC, menambah permintaan yang sudah kuat karena pemulihan industri dari pandemi. Masalah lain yang dihadapi juga seperti keamanan tambang di China, dan curah hujan yang tinggi di Indonesia menghambat produksi.

“Lonjakan harga terjadi saat ini di tengah krisis eksistensi untuk batu bara, dengan kebijakan iklim yang mempersulit investasi dalam proyek-proyek baru,” ujarnya.

Baca Juga: Harum Energy (HRUM) tebar dividen Rp 100 miliar, simak jadwal lengkapnya

Wahyu melihat bahwa harga batubara akan sedikit bergeser kembali naik. Untuk jangka menengah ia melihat bahwa batubara masih akan bergerak di rentang US$ 90 – US$ 130 per metrik ton.

Jangka panjang, ia melihat akan bergerak di rentang US$ 50 – US$ 140 per metrik ton. Sedangkan untuk konsolidasi tahunan bergerak di rentang US$ 80 – US$ 90 per metrik ton.

Selanjutnya: Intraco Penta (INTA) bidik pertumbuhan penjualan 10%-15% di 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×