Reporter: Nathania Pessak | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kenaikan permintaan dan data manufaktur China yang apik menjadi amunisi pendongkrak harga aluminium. Jangka panjang, harga aluminium diperkirakan masih berpeluang menguat.
Mengutip Bloomberg, Senin (31/7), harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 0,58% ke level US$ 1.918 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan, aluminium menguat 0,31%.
Research & Analyst Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto menyebutkan, permintaan aluminium China ditujukan ke sektor properti dan konstruksi untuk pembuatan kendaraan dengan berat yang lebih ringan.
Kemudian, faktor pelemahan dollar AS akibat rilis data yang kurang bagus, menjadikan harga semua komoditas termasuk aluminium terangkat. "Untuk pekan ini masih cukup positif bagi aluminium," papar Andri kepada KONTAN, hari ini.
Sekedar tahu saja, dollar AS terus tergerus sejak inflasi negeri Paman Sam yang dirilis beberapa pekan lalu berbuntut pada pesimisnya pasar terhadap rencana kenaikan suku bunga aucan The Fed. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membantu kenaikan harga semua komoditas yang diperdagangakan dalam dollar AS.
Lanjut Andri,, data manufaktur PMI China yang dirilis Senin malam dan pertumbuhan ekonomi China semester I-2017 yang cenderung stabil juga menjadi katalis positif tambahan. Menurutnya, jika China dapat menjaga momentum perekonomiannya, tidak menutup kemungkinan untuk jangka menengah harga aluminium akan terus menanjak. "Semua komoditas di mana China jadi konsumen terbesar termasuk nikel, tembaga, nikel, dan aluminium akan melesat," katanya.
Kendati demikian, Andri tetap melihat akan ada sentimen negatif yang muncul dan dapat menganggu penguatan aluminium. Salah satunya adalah retorika Presiden AS Donald Trump terkait dengan ancaman untuk membatasi impor karena alasan keamanan nasional. "Kalau ini benar dilakukan, ini bisa jadi katalis negatif ke depannya," ujar Andri.
Selain itu, Andri juga tetap mengingatkan, aktivitas sektor manufaktur dan industri di China harus tetap menjaga tingkat permintaan, karena sampai saat ini China masih menjadi negara yang dominan dalam mengimpor aluminium.
Ia meramal, pergerakan harian harga aluminium masih berpotensi menguat ke kisaran US$ 1.913-US$ 1.925 per metrik ton. Adapun, sepekan, diperkirakan antara US$ 1.910-US$ 1.940 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News