Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga aluminium tengah berada dalam tren naik menuju level tertinggi dua bulan. Harga komoditas logam industri ini terangkat sentimen berkurangnya pasokan di pasar.
Mengutip Tradingeconomics, harga aluminium berjangka telah diperdagangkan di atas US$2,250 per ton pada bulan September. Level harga ini merupakan tertinggi dalam hampir dua bulan.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mencermati, kenaikan harga aluminium karena adanya tekanan pasokan, sehingga memperbesar tanda-tanda permintaan yang lebih tinggi.
China sebagai produsen utama dunia telah menghentikan perluasan kapasitas produksi yang saat ini dianggap telah melebihi batas sebesar 45 juta ton. Upaya China tersebut untuk mencegah kelebihan pasokan dan konsumsi energi yang lebih tinggi dari infrastruktur yang sudah tua dan tidak efisien.
Baca Juga: Harga Tembaga Mendekati Level Terendah 4 Bulan pada Senin (25/9)
“Larangan Indonesia terhadap ekspor bauksit yang merupakan bijih komersial utama aluminium juga berisiko terhadap tekanan pasokan,” kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Senin (25/9).
Sutopo melihat, para pelaku pasar memberikan isyarat bahwa peningkatan permintaan panel surya dan kendaraan listrik di Tiongkok kemungkinan akan mengimbangi penurunan penggunaan aluminium pada konstruksi rendah. Ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas pembelian.
Pengamat Komoditas Lukman Leong turut mencermati bahwa kenaikan harga aluminium akhir-akhir ini memang didukung dari sisi pasokan China dan Indonesia. Terutama langkah dari China menghentikan ekspansi produksi sebagai strategi untuk menghindari oversupply.
“Harga komoditas pada umumnya masih dipengaruhi oleh sentimen ekspektasi pertumbuhan global. Namun pada praktiknya juga sering dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah atau kartel dalam mengatur pasokan,” ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Senin (25/9).
Baca Juga: Dukung Potensi Produksi Aluminium, MIND ID Gandeng Australia
Menurut Lukman, harga aluminium masih akan tertekan oleh faktor perlambatan ekonomi dan penguatan dolar AS, setidaknya hingga akhir tahun 2023. Tetapi semuanya akan tergantung dengan skala intervensi pemerintah seperti yang dilakukan China dalam menghentikan ekspansi produksi.
Lukman memperkirakan harga aluminium masih bisa bertahan pada kisaran US$ 2.200 per ton–US$ 2.300 per ton di akhir tahun ini. Sedangkan, Sutopo melihat kemungkinan harga Aluminium diperdagangkan pada level US$ 2.500 per ton pada akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News