Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja komoditas berpotensi suram tahun ini. Harga aluminium kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) tahun lalu turun 18,60%. Pada tahun 2017, harga aluminium menguat 33,96%.
Sebenarnya, harga aluminium sempat mencapapai level tertinggi sejak Agustus 2011 pada 18 April 2018, yakni pada level US$ 2.537 per ton. Tapi, pada semester kedua tahun lalu, harga aluminium terus menurun.
Mengutip Bloomberg, Rabu (2/1), harga aluminium berada di US$ 1.797 per ton. Ini adalah harga terendah aluminium sejak Januari 2017. Menurut Direktur Garuda Berjangka Ibrahim, melemahnya harga aluminium karena perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang terus bergulir. “Masalah perang dagang terjadi pada tahun 2018 dan masih akan terasa tahun 2019. Itulah mengapa harga komoditas terus bergejolak,” kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Kamis (3/1).
Asal tahu saja, perang dagang dimulai sejak Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor baja dan aluminium pada awal 2018. Kenaikan tarif ini disusul penerapan tarif impor untuk barang dari China.
Nah, akhir tahun 2018 lalu, Presiden Trump dan Xi Jinping melakukan pertemuan. Dua negara ini pun sepakat untuk tidak mengenakan tarif tambahan di sektor perdagangan hingga 1 Maret 2019. Namun, hingga kini, belum ada kesepakatan atau pertemuan untuk mengakhiri perang dagang.
“Belum ada penyelesaian perang dagang membuat pelaku pasar pun pesimistis akan komoditas. Selain masalah perang dagang, penguatan the greenback yang terjadi setelah indeks dollar AS naik turut membuat harga komoditas, tak terkecuali aluminium, loyo,” ucap Ibrahim lagi.
Ibrahim memperkirakan, tahun 2019, harga aluminium tidak akan sebagus tahun 2017. Alasannya karena permasalahan perang dagang yang abu-abu. Harga aluminium diproyeksi berkisar US$ 1.620 sampai US$ 1.900 per metrik ton pada tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News