kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga aluminium makin terpuruk setelah data penjualan otomotif China melemah


Jumat, 14 Desember 2018 / 19:42 WIB
Harga aluminium makin terpuruk setelah data penjualan otomotif China melemah
ILUSTRASI. Batang aluminium


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data penjualan otomotif di China menurun dan menyeret harga aluminium juga ikut turun.

Mengutip Bloomberg, Jumat (14/12) harga aluminium kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) tercatat melemah 0,36% ke US$ 1.932 per metrik ton.

Analis Asia Trade Point Futures, Andri Hardianto mengatakan harga aluminium masih dalam tren penurunan karena penjualan otomotif di China menurun. Andri mencatat berdasarkan data asosiasi kendaraan bermotor China selama di November 2018 penjualan menurun 18% secara bulanan. Sedangkan, sejak awal tahun hingga November penjualan turun 4% secara tahunan.

"Sementara komponen otomotif paling banyak berbahan baku aluminiun," kata Andri, Jumat (14/12).

Selain itu, data ekonomi China yang lain seperti produksi industri turun menjadi 5,4% di November dibanding data bulan sebelumnya di 5,9%. Begitupun dengan data penjualan ritel di China mengalami penurunan menjadi 8,1% di November sedangkan data bulan sebelumnya di 8,6%.

Oleh karena itu, Andri melihat permintaan yang turun akibat data ekonomi China melemah belum bisa menopang harga aluminium untuk naik secara fundamental.

Bahkan, hingga akhir tahun, Andri memproyeksikan harga aluminium belum akan rebound berbalik arah menjadi bullish. Apalagi perang dagang AS dan China masih berlangsung.

"Saat ini pelaku pasar komoditas logam industri bersikap hati-hati karena termasuk aset berisiko apalagi saat ini dollar AS semakin menguat jelang kenaikan suku bunga The Fed minggu depan," kata Andri.

Jika memang kondisi hubungan AS dan China semakin kondusif di tahun depan, maka harga aluminium baru bisa rebound. Namun, Andri memproyeksikan rebound tidak akan terjadi cukup kuat karena meski smelter China mengurangi produksi di akhir tahu, tetapi masalahnya pasokan aluminium yang ada tidak sebanding dengan turunnya permintaan akibat data penjualan otomotif beberapa negara tidak sesuai ekspektasi.

"Pekan depan ada rapat FOMC untuk menentukan kenaikan suku bunga The Fed, dollar akan menguat komoditas lagi ditinggalin dulu," kata Andri.

Untuk sepekan Andri memproyeksikan harga aluminium berada di US$ 1.880 per metrik ton hingga US$ 1.920 per metrik ton. Sementara, untuk Senin (17/12) harga aluminium berpotensi berada di US$ 1.900 per mertik ton-US$ 1.910 per metrik ton. Andri masih merekomendasikan sell.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×