kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.932   28,00   0,18%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Harga aluminium masih terjebak dalam tren penurunan


Rabu, 08 Agustus 2018 / 19:57 WIB
Harga aluminium masih terjebak dalam tren penurunan
ILUSTRASI.


Reporter: Michelle Clysia Sabandar | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga aluminium masih terus meleleh. Meningkatnya produksi akan menjaga harga aluminium dalam tren penurunan.

Mengutip Bloomberg Selasa (7/8), Harga aluminium kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) ditutup pada level US$ 2.038 per metrik ton. Apabila dihitung dalam sepekan terakhir, harga komoditas ini sudah turun sekitar 2,07%.

Analis Asia Tradepoints Futures Andri Hardianto mengatakan adanya peningkatan produksi serta ekspor dari China membuat harga aluminium semakin tertekan. "Smelter dari China melaporkan produksi aluminiumnya bertambah," katanya, Rabu (8/8).

Ekspor aluminium China menguat bulan Juli untuk tiga bulan berturut-turut, mengekor tren kenaikan harga komoditas ini. 

Ekspor aluminium dan produknya China pada Juli naik ke 519.000 metrik ton, tertinggi sejak Desember 2014 yang ketika itu mencatat 510.000 ton. Secara akumulasi tujuh bulan pertama, ekspor aluminium China naik 14% ke level rekor 3,23 juta ton. Sedangkan produksi aluminium China, yang mencetak lebih dari separuh pasokan dunia, naik ke level tertinggi selama lebih dari 1 tahun terakhir. 

Menurut Andri, China memang sengaja menambah jumlah produksi mereka dalam beberapa bulan ini. Apalagi saat ini, sanksi terhadap Perusahaan tambang dan produsen aluminium asal Rusia, United Company Rusal (Rusal) juga masih belum diberlakukan. Sehingga, belum ada pembatasan produksi aluminium hingga Oktober mendatang.

Penambahan produksi yang dilakukan China juga dikatakan sebagai sebuah langkah antisipasi. Saat musim dingin, smelter mereka tidak akan memproduksi aluminium sehingga memang sudah harus disiapkan cadangannya dari sekarang.

Dalam jangka panjangnya, harga aluminium bisa saja menyentuh level psikologisnya yaitu US$ 2.000-US$ 2.010 per metrik tonnya dengan produksi dan ekspornya yang bertambah.

Andri menambahkan, untuk saat ini untuk pasokan memang belum akan terganggu.

Tapi, jika di akhir tahun, smelter China berhenti produksi karena musim dingin serta sanksi Rusal sudah berjalan, maka kemungkinan di akhir tahun aluminium bisa mengalami gangguan pasokan.

"Saya memperkirakan harga aluminium di akhir tahun bisa saja bullish dan mengalami rebound ketika pasokan sudah terganggu," imbuhnya.

Para pelaku pasar juga sudah sadar dengan pergerakan harga aluminium yang cenderung terus menerus turun. Sehingga, saat harga dianggap terlalu murah akan ada aksi pembelian kembali.

Secara teknikal, harga aluminium berada di MA 50 100 200 yang megnindikasikan sell.

Indikator MACD negatif di level value 27,2 mengindikasikan sell. Indikator Stochastic masih positif di level value 27,5 dan RSI 14 di level value 44,5 keduanya juga mengindikasikan untuk sell.

Andri merekomendasikan sell untuk aluminium. Ia memperkirakan harga aluminium berada di kisaran US$ 2.060-US$ 2.030 per metrik ton, dan sepekan US$ 2.070-US$ 2.020 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×