kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga aluminium kembali terkerek isu perang dagang


Senin, 07 Mei 2018 / 20:54 WIB
Harga aluminium kembali terkerek isu perang dagang
ILUSTRASI.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Isu perang dagang antara Amerika Serikat dan China masih jadi penyokong harga aluminium. Kedua negara itu masih dalam proses perundingan untuk mencapai kesepakatan.

Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Senin (7/5), harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Echange (LME) naik 3,75% ke level US$ 2.350 per metrik ton. Sementara, sepekan lalu, harga aluminium naik 5,71%.

Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka mengatakan, harga aluminium kembali bergerak naik karena isu perang dagang AS dan China kembali mencuat. Jumat (4/5), para pejabat AS baru melakukan perundingan dengan pemerintah China terkait perseteruan dagang antara dua perekonomian terbesar di dunia tersebut. Kini pelaku pasar sedang menunggu hasil perundingan tersebut.

Dalam jangka panjang, Ibrahim memproyeksikan, harga aluminium akan cenderung naik. "Jika AS dan China tidak kunjung menciptakan win win solution, harga aluminium bisa bergerak naik kembali," kata Ibrahim, Senin (7/5).

Harga aluminium diperkirakan masih akan naik untuk jangka panjang juga karena didukung permintaan kebutuhan aluminium di AS meningkat seiring anggaran belanja pemerintah AS naik dua kali lipat untuk membangun infrastruktur.

Tak hanya dari AS, permintaan aluminium di China juga diproyeksikan masih cukup besar. Hal ini didukung pertumbuhan ekonomi China yang mencapai 6,8%, meningkat dibanding perkiraan pemerintah China yaitu hanya 6,5%. "Ekspektasinya permintaan dari China akan meningkat dan bisa mengangkat harga aluminium lebih tinggi lagi," papar Ibrahim.

Namun, Ibrahim mengatakan, di tengah tren kenaikan harga aluminium, koreksi harga mungkin saja terjadi. Penyebabnya tentu dari isu geopolitik. "Permasalahannya hasil pertemuan AS dan China bisa menyebabkan indeks dollar AS menguat," imbuhnya.

Menguatnya indeks dollar AS bisa menyebabkan harga aluminium menjadi mahal, dan kondisi ini sering dijadikan alasan pelaku pasar untuk melakukan profit taking, sehingga harga bisa terkoreksi. Apalagi, kini indeks dollar AS cenderung menguat karena dalam sepekan ke depan banyak agenda rapat bank sentral di negara bagian AS yang membahas kenaikan suku bunga AS.

Belum adanya kejelasan terkait perang dagang AS dan China  juga bisa membuat pelaku pasar cenderung berhati-hati dalam membeli aluminium.

Secara teknikal, Ibrahim menganalisis, bollinger band dan MA berada 40% di atas bollinger band bawah. Hal ini mengindikasikan harga aluminium masih akan naik secara terbatas. Stochastic berada di level 60% di area positif. Sementara, indikator RSI dan MACD berada di area negatif di level 70. Indikator tersebut menunjukkan harga bisa terkoreksi.

Ibrahim memproyeksikan, besok, harga aluminium berada di rentang US$ 2.330-US$ 2.365 per metrik ton. Sementara, sepekan, harga aluminium diporyeksikan bergulir antara US$ 2.315-US$ 2.370 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×