kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga acuan minyak mentah pertahankan level tertinggi berkat pelemahan dolar AS


Kamis, 06 Agustus 2020 / 09:35 WIB
Harga acuan minyak mentah pertahankan level tertinggi berkat pelemahan dolar AS
ILUSTRASI. harga minyak naik


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Harga acuan minyak mentah masih bergerak stabil pada perdagangan hari ini. Si emas hitam ini berjuang untuk mempertahankan level tertinggi dalam lima bulan yang dicapai pada sesi sebelumnya, setelah mendapat tekanan dari kekhawatiran permintaan bahan bakar yang disebabkan oleh gelombang kedua infeksi virus corona melebihi penurunan dolar Amerika Serikat (AS).

Kamis (6/8) pukul 09.00 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman September 2020 turun 3 sen atau 0,1% ke US$ 42,16 per barel. sementara harga minyak mentah berjangka Brent kontrak pengiriman Oktober 2020 naik 6 sen menjadi US$ 45,23 per barel. 

Baca Juga: Harga minyak mentah ditutup menguat ditopang penurunan persediaan minyak AS

Dua kontrak acuan ini naik lebih dari 1% pada sesi sebelumnya menuju level tertinggi sejak 6 Maret. Hal itu juga menyelesaikan reli empat hari berturut-turut. Sokongan terkuat bagi harga minyak datang dari data Energy Information Administration (EIA) yang melaporkan penurunan stok minyak mentah AS lebih besar dari proyeksi analis. 

Namun, investor tetap waspada terhadap peningkatan persediaan produk olahan AS. Mengingat di saat yang sama, sejumlah pejabat Federal Reserve di beberapa negara bagian mengatakan, kebangkitan kasus virus corona memperlambat pemulihan ekonomi di konsumen minyak terbesar dunia itu.

Data EIA menunjukkan, stok minyak sulingan, yang mencakup solar dan minyak pemanas, naik ke level tertinggi dalam 38 tahun, dan persediaan bensin secara tak terduga naik untuk minggu kedua berturut-turut.

"Sulit untuk menjadi terlalu konstruktif terhadap pasar minyak dengan permintaan terhenti dan produk ini overhang," kata ING Economics dalam sebuah catatan, Kamis.




TERBARU

[X]
×