Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harapan kenaikan harga batubara kian tipis tahun ini. Sedikit peluang datang dari India, yang masih kekurangan pasokan listrik di sebagian wilayah.
Mengutip Bloomberg Selasa (5/1), harga batubara kontrak pengiriman Januari 2016 di ICE Futures senilai US$ 50,25 per metrik ton atau naik 0,7% dibandingkan hari sebelumnya, yakni US$ 49,9, yang menjadi level terendah sejak tahun 2009.
Guntur Tri Hariyanto, analis Pefindo mengatakan, negara-negara konsumen batubara terus mengurangi penggunaan, terutama China sebagai konsumen terbesar. "China tidak akan memberikan izin bagi tambang baru hingga tahun 2019," ungkap Guntur.
Negeri Panda juga akan menutup 1.000 tambang untuk mengurangi produksi 70 ton. Seiring kesepakatan dengan Amerika Serikat (AS) dan konferensi iklim di Paris, komposisi batubara dalam bauran energi China telah turun menjadi 64% di tahun 2015 dari 70% di 2010.
Tahun ini, China menargetkan komposisi batubara turun ke 62,6%. Negara konsumen terbesar kedua, yakni AS sedang berusaha memaksimalkan penggunaan gas alam guna menggeser batubara.
Penggunaan batubara di Eropa juga turun. Produksi listrik Eropa dari batubara turun menjadi sekitar 12% dari total produksi listrik 2015. Pada tahun 2000, porsinya masih 32%. Sedangkan di AS turun dari 52% di tahun 2000 menjadi tinggal hanya 38% tahun 2015.
Permintaan India
Di sisi lain, India sebagai konsumen terbesar ketiga masih membutuhkan batubara sebagai sumber tenaga pembangkit listrik karena lebih murah. "Daerah India yang belum teraliri listrik masih cukup luas," papar Guntur.
Namun, kenaikan konsumsi batubara India dikhawatirkan tidak mampu mengangkat harga batubara global. Maklum, Pemerintah India terus menggenjot produksi batubara dalam negeri. Wahyu Tri Wibowo, analis Central Capital Futures, menambahkan, kondisi fundamental memberikan sentimen negatif.
Tren pelemahan harga komoditas akibat naiknya nilai tukar dollar AS turut menekan harga. "Isu spesifik batubara soal lingkungan dan green energy. Namun pelemahan ekonomi global serta lemahnya harga komoditas turut menyeret harga," ujarnya.
Dari sisi teknikal, Wahyu bilang, harga batubara di bawah moving average (MA) 50, MA100, dan MA200 dengan tren melemah. Stochastic melemah di level 21,6%. RSI melemah di level 43,4%.
Kamis (7/1), Wahyu menduga, harga batubara akan melemah di rentang US$ 50,80- US$ 51,80 dan sepekan ke depan US$ 50-US$ 52. Prediksi Guntur, harga sepekan US$ 50- US$ 52 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News