Reporter: Asep Munazat | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Langkah PT Barito Pasific Tbk (BRPT) untuk melakukan kuasi reorganisasi semakin pasti. Emiten itu telah menyerahkan dokumen persyaratan kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK), pekan lalu. "Saat ini kami hanya menunggu hasil penelaahan dari Bapepam," kata Henky Susanto, Direktur BRPT.
Dengan kuasi reorganisasi itu BRPT berniat mempercantik penampilan dengan menghilangkan akumulasi defisit yang dalam laporan keuangan per akhir Desember 2010 besarnya Rp 5,99 triliun. Agustino Sudjono, Senior Vice President BRPT mengatakan, kuasi reorganisasi akan memantapkan langkah perusahaan ke depan. "Apalagi, melihat kinerja kuartal pertama kami yang baik," kata dia.
Sepanjang kuartal pertama lalu, laba bersih BRPT mengalami pertumbuhan sebesar 54,05% menjadi Rp 180,3 miliar. Di periode yang sama tahun lalu, perusahaan membukukan laba bersih Rp 117,07 miliar.
BRPT mampu meraup laba bersih, kendati angka penjualannya melorot. Penjualan BRPT selama tiga bulan pertama tahun ini turun 7,5% year-on-year menjadi Rp 4,9 triliun. Sedangkan penjualan pada kuartal I 2010 mencapai Rp 5,3 triliun.
Manajemen BRPT memang belum membeberkan hasil dari hitung-hitungan kuasi reorganisasi yang diserahkan pada Bapepam.
Namun, sebelumnya, manajemen pernah mengatakan, langkah ini akan mengangkat nilai ekuitas menjadi Rp 7,07 triliun. Aset juga akan terdongkrak menjadi Rp 17,23 triliun, dari sebelumnya Rp 16,01 triliun.
Ada lima tahapan penghapusan defisit ini, antara lain mengeliminasi defisit yang sudah ditentukan penggunaannya dan memposisikan kembali saldo selisih restrukturisasi,dan revaluasi aset dan kewajiban.
Diversifikasi bisnis
Barito sudah memendam berbagai rencana yang bisa dilakukan setelah kuasi reorganisasi. Maklumlah, setelah beban defisit hilang dari buku, perusahaan bisa lebih leluasa melakukan ekspansi atau mendapat pendanaan dari pihak ketiga.
Salah satu rencana manajemen BRPT adalah melakukan diversifikasi bisnis. "Dalam waktu dekat, kami berencana melakukan diversifikasi di sektor industri energi terbarukan," kata Agustino.
Namun, tahun ini, BRPT masih akan menjadikan petrokimia sebagai fokus bisnis pengembangan perusahaan. "Kami ingin mendapatkan seluruh value chain dari bisnis petrokimia," ujar Henky. Maklumlah, bisnis petrokimia merupakan penyumbang pendapatan terbesar bagi Barito, yaitu mencapai hampir 99%.
Tahun ini manajemen perusahaan ini juga menargetkan pertumbuhan penjualan di atas Produk Domestik Bruto Indonesia (PDB). Henky menyatakan, pertumbuhan ekonomi nasional, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, serta tingkat suku bunga perbankan yang relatif stabil akan punya andil mendukung pertumbuhan bisnis Barito.
Pardomuan Sihombing, Kepala Riset Recapital Securities menilai, rencana diversifikasi BRPT merupakan langkah positif perusahaan. Menurut dia perusahaan ini harus lebih kreatif lagi mengembangkan bisnis. Emiten ini juga dia sarankan lebih berani meningkatkan ekspor.
Sejak menggantungkan pendapatan terbesar dari anak usahanya, Chandra Asri, bisnis BRPT tergangtung pada bisnis kimia. Industri kimia, menurut Pardomuan, masih memiliki prospek yang cerah untuk berkembang karena merupakan penghasil bahan baku untuk industri lainnya. "Pasar chemical masih cukup luas. BRPT masih bisa meningkatkan ekspornya," kata dia.
Dengan status sebagai pemain terbesar di industri ini, Pardomuan menilai, BRPT berada dalam posisi strategis untuk meningkatkan kinerja.
Apalagi di kuartal pertama lalu, kinerja BRPT cukup baik dengan mampu meningkatkan laba bersih mereka. "Kuartal pertama menggambarkan bahwa mereka bisa tumbuh tahun ini," kata Pardomuan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News