Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) masih memiliki 26 perusahaan dalam pipeline initial public offering (IPO). Perusahaan ini didominasi oleh perusahaan dengan skala menengah dan besar.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia I, Gede Nyoman Yetna merinci, sebanyak lima perusahaan memiliki aset skala kecil (sampai dengan Rp 50 miliar), sebanyak delapan perusahaan dengan aset skala menengah (antara Rp 50 miliar sampai dengan Rp 250 miliar), dan sebanyak 13 perusahaan dengan aset skala besar (di atas Rp 250 miliar).
Dari sisi sektoral, ke-26 perusahaan tersebut juga cukup beragam. Perusahaan yang mengantre untuk melantai di pasar saham ini terdiri dari atas tujuh perusahaan sektor consumer cyclical, lima perusahaan di sektor industrial, sebanyak empat perusahaan bergerak di sektor consumer non-cyclical, dan tiga perusahaan berkecimpung di sektor teknologi.
Selain itu, masing masing terdapat dua perusahaan yang bergerak di sektor transportation & logistic, dan financials, sisanya adalah perusahaan sektor basic materials, sektor energi, dan sektor healthcare, masing masing sebanyak satu perusahaan.
Baca Juga: IPO Bukalapak Banjir Peminat, Penjatahan Investor Ritel Bisa Naik Berkali Lipat
Dengan adanya IPO dengan emisi besar, Nyoman berharap dapat menambah semarak pasar modal dan menarik minat tidak hanya investor domestik, tetapi juga investor global.
Hal yang lebih penting adalah memberikan akses bagi perusahaan untuk tumbuh di pasar modal Indonesia. Di sisi lain, hal ini memberikan pilihan bagi investor untuk berinvestasi di perusahaan denga berbagai ukuran dan model nismis.
Adapun dengan masuknya PT Bukalapak.com Tbk ke pasar modal Indonesia, diharapkan dapat menarik masuknya perusahaan-perusahaan unicorn lainnya di pasar domestik dan menarik minat investor untuk berinvestasi.
“Kami meyakini bahwa IPO dari perusahaan-perusahaan dengan berbagai jenis, sektor usaha dan ukuran akan mendapatkan apresiasi baik oleh para investor,” terang Nyoman kepada media, Sabtu (18/7).
Nyoman menyebut, terkait denga perusahaan yang melakukan IPO dalam skala besar, sebenarnya sudah ada historisnya di pasar modal tanah air, seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).
Cakupan investor emiten- emiten dengan size seperti ini tentu akan lebih luas, tidak hanya domestik bahkan ke global. “Success story mereka dalam melakukan penggalangan dana melalui IPO menjadi refleksi apresiasi market,” sambung Nyoman.
Di sisi lain, bagi emiten dengan aset skala kecil dan menengah, mereka bisa menjajaki papan akselerasi yang memang didesain untuk perusahaan-perusahaan denga ukuran yang relatif lebih kecil, namun tergolong memiliki prospek pertumbuhan yang tinggi.
Hal ini menekankan kembali bahwa pasar modal Indonesia tidak eksklusif bagi perusahaan besar saja. “Kami berkomitmen untuk menjadi house of growth atau rumah pertumbuhan bagi seluruh kategori perusahaan,” pungkas dia.
Adapun sampai dengan 16 Juli 2021, total dana yang terhimpun dari hajatan IPO saham sebesar Rp 7,61 triliun atau meningkat sekitar 99,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 3,82 triliun.
Selanjutnya: Trimegah Karya Pratama IPO, Listing 27 Juli 2021 dan Ditetapkan Sebagai Efek Syariah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News