Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Meski laba PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) pada semester I – 2025 terbilang positif, namun pendapatan hanya naik 0,3%. Tantangan daya beli diproyeksi masih menjadi katalis pemberat kinerja pada semester II – 2025.
CPIN membukukan laba Rp 1,9 triliun, naik 7,48% year on year (yoy) naik dari periode sebelumnya Rp 1,76 triliun. Dari sisi top line, CPIN meraup penjualan sebesar Rp 33,06 triliun, meningkat 0,3% yoy dari Rp 32,96 triliun di posisi yang sama tahun lalu.
Ezaridho Ibnutama, Analis NH Korindo Sekuritas menyoroti pendapatan Semester I – 2025 CPIN yang hanya naik tipis 0,3% YoY menjadi Rp 33,06 triliun dibandingkan 7% YoY di Semester I 2024.
“Hal ini semakin mengindikasikan perlambatan permintaan untuk tahun 2025. Karena pertumbuhan Semester II – 2024 sebesar 12% YoY menjadi Rp 34,52 triliun,” ujar Ezaridho dalam risetnya 15 September 2025.
Baca Juga: Ada Potensi Pemangkasan Suku Bunga, Saham Teknologi Ini Bisa Dapat Berkah
Selama semester pertama, Ezaridho mencatat harga unggas anjlok akibat konsumsi unggas yang stabil dan impor yang berlebihan untuk mendukung program Makan Bergizi Nasional (MBG). Hal ini mendorong Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mengambil langkah-langkah guna menyerap produksi ternak dan mempertahankan kendali harga baik untuk tingkat produsen maupun konsumen. Kementan menetapkan harga ayam hidup sebesar Rp 18.000 per kilogram pada 19 Juni 2025.
Intervensi Kementerian Pertanian untuk menetapkan harga dilakukan di sisi pasokan dengan menargetkan pemusnahan 3 juta induk ayam pada Juli 2025 dan 49,8 juta telur tetas antara April-Mei 2025.
Sistem Informasi Pasar Online Nasional (Simponi) – Ternak, mencatat harga ayam utuh di tingkat konsumen di wilayah DKI Jakarta mencapai Rp 38.660 per ekor, per 15 September 2025, meningkat 10,46% dibandingkan Mei 2025 yang mencapai Rp 35.000 per ekor.
Arief Machrus, Analis Ina Sekuritas mengatakan, harga ayam pedaging yang didukung oleh pemusnahan induk dan pengurangan kuota impor GPS (Grand Parent Stock), akan membantu menjaga keseimbangan pasokan-permintaan dan membatasi risiko kelebihan pasokan.
“Didukung oleh cadangan inventaris yang cukup besar dan dukungan kebijakan yang berkelanjutan, CPIN diposisikan untuk menavigasi ketidakpastian pasar,” ujar Arief dalam risetnya pada 27 Agustus 2025.
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Victor Stefano menilai prospek kinerja CPIN pada semester II – 2025 akan lebih baik, didorong oleh outlook supply-demand yang membaik. Selain itu, harga livebird yang sejauh ini bertahan di atas Rp20.000/kg menjadi katalis positif bagi kinerja perseroan.
“Tantangan utama yang perlu dicermati adalah potensi tekanan pada segmen processed food serta risiko pelemahan daya beli masyarakat, yang dapat membatasi pertumbuhan permintaan,” ujar Victor kepada Kontan, Selasa (16/9).
Victor memperkirakan adanya rebound margin pada kuartal III – 2025 seiring kenaikan harga livebird, mengingat pada kuartal II – 2025 margin sempat tertekan. Namun, pada awal semester II – 2025 harga bahan baku pakan, khususnya jagung, mengalami kenaikan sehingga berpotensi menekan profitabilitas segmen feed.
“Kendati demikian, kami percaya harga livebird yang saat ini sudah berada di atas Rp20.000/kg akan membantu mengimbangi tekanan biaya pakan tersebut,” terang Victor.
Sedangkan, Arief memperkirakan pemulihan kinerja CPIN yang moderat pada semester kedua 2025. Ini didukung oleh potensi perpanjangan program stimulus pemerintah, termasuk bantuan sosial dan bantuan pangan. Hal itu dinilai akan membantu mempertahankan permintaan DOC (day old chick) dan ayam pedaging.
Pasokan yang lebih ketat akibat impor GPS yang lebih rendah dapat mendukung harga. “Namun, permintaan yang lesu menjelang hari raya dan keterlambatan program pangan bergizi pemerintah tetap menjadi tantangan utama yang perlu dipantau,” kata Arief.
Ezaridho memproyeksikan pendapatan dan laba bersih CPIN tahun 2025 masing – masing Rp 69,96 triliun dan Rp 3,99 triliun. Adapun, pada tahun 2024, pendapatan CPIN mencapai Rp 67,47 triliun dan laba bersih Rp 3,71 triliun.
Arief dan Victor merekomendasikan Buy saham CPIN dengan target harga masing – masing Rp 6.050 per saham dan Rp 6.400 per saham.
Sedangkan, Ezaridho merekomendasikan Overweight saham CPIN dengan target harga Rp 5.060 per saham. Ini karena selera lokal terhadap unggas menurun, kondisi saat ini tidak kondusif bagi permintaan konsumtif domestik untuk meningkatkan pendapatan penjualan. Hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan 0,3% YoY pada semester pertama 2025 yang hampir tidak positif.
Baca Juga: Merdeka Gold Resources (EMAS) Siap IPO, Cermati Saran Analis
Selanjutnya: Menteri Maman Sebut Hadirnya Kopdes Merah Putih Bisa Jadi Agregator Produk UMKM
Menarik Dibaca: Menurut Riset YouGov : Konsumen Belanja Online Tapi Paling Doyan Promo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News