Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) memperlihatkan kinerja yang kurang memuaskan pada periode Januari-September 2023. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, pendapatan PGAS hanya naik tipis 1,89% year on year (YoY) menjadi US$ 2,69 miliar.
Sementara itu, laba bersihnya merosot 36,07% YoY menjadi US$ 198,49 juta. Dalam riset tanggal 7 Desember 2023, Analis Sinarmas Sekuritas Inav Haria Chandra mencatat, laba bersih dari segmen distribusi dan transmisi turun 20% YoY. Begitu juga dengan laba segmen minyak dan gas yang berada di sektor hulu yang merosot hingga 80% YoY.
Hal ini disebabkan penurunan volume produksi sebesar 19% YoY dan harga jual rata-rata yang terkoreksi 18% YoY. Laba perusahaan patungan alias joint venture (JV) juga turun 25% YoY akibat penurunan volume LPG dari Perta-Samtan Gas (PSG), menyusul adanya pemeliharaan di kilang tersebut.
Meskipun begitu, ada beberapa aspek positif yang perlu diperhatikan. Volume distribusi masih meningkat sebesar 4% YoY sehingga membantu mengimbangi penurunan margin gas yang sebesar 2% YoY.
Baca Juga: PGN Pasok Gas Bumi untuk Kawasan OCBD Modern Kota Bogor
Lalu, volume transmisi meningkat 8% YoY yang didorong oleh aliran dari lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB) melalui Pipa Gresik-Semarang. PGAS juga mencatatkan lonjakan yang signifikan pada volume transportasi minyak hingga 400% YoY.
Untuk kuartal IV-2023, Inav memprediksi adanya sedikit pemulihan laba bersih, yakni sebesar US$ 63 juta. Kenaikan ini didorong adanya bauran penjualan yang lebih tinggi dari sektor non-pembangkit listrik.
"Hal ini diharapkan dapat mengimbangi potensi penurunan laba dari segmen hulu akibat turunnya harga minyak. Keuntungan dari usaha patungan kemungkinan juga akan pulih seiring dengan meningkatnya volume pengolahan LPG setelah pemeliharaan," kata Inav dalam risetnya.
Alhasil, total laba bersih setahun penuh 2023 diprediksi dapat mencapai US$ 262 juta. Angka ini tetap menunjukkan penurunan sebesar 20% dibandingkan tahun sebelumnya akibat potensi penurunan volume distribusi secara keseluruhan.
Baca Juga: Saham-Saham Pilihan Menjelang Libur Natal
Kemudian, untuk tahun 2024, laba bersih PGAS diperkirakan akan turun 11% dan bakal tetap menghadapi sejumlah tantangan. PGAS perlu beralih ke LNG untuk memenuhi target pertumbuhan penjualan 4% karena produksi gas dari pemasok menghadapi penurunan alami.
Ada juga kemungkinan harga hulu yang lebih tinggi, terutama dari Koridor PSC, yang sedang menjalani perpanjangan kontrak pada akhir tahun 2023. Faktor-faktor tersebut ditambah dengan keengganan pemerintah untuk menaikkan harga gas hilir akan berkontribusi terhadap tekanan margin lebih lanjut.
Harga minyak pada 2024 juga diasumsikan lebih rendah, yakni US$ 77 per barel untuk WTI dan US$ 82 per barel untuk minyak Brent. Anggota OPEC+ akan mendorong peningkatan produksi pada semester 2 2024 mengingat niatnya untuk memanfaatkan cadangan sebelum puncak permintaan minyak pada 2026.
Baca Juga: PGN (PGAS) Perpanjang Kontrak Jual-Beli Gas Blok Corridor dengan Grup Medco (MEDC)
Dalam riset tanggal 11 Desember 2023, Analis OCBC Sekuritas Olivia Laura Anggita mengatakan, PGAS membukukan biaya gas lebih tinggi dan margin distribusi lebih rendah. Pasalnya, PGAS telah melakukan pengadaan pasokan gas baru dari JTB dan HCML dengan biaya lebih tinggi (US$ 5,8-US$ 6,9/MMBTU).
Hal ini disebabkan oleh pengurangan volume dari blok koridor (Medco Gresik) yang punya biaya rendah (US$ 4/MMBTU). Di sisi lain, pemerintah sebelumnya menolak usulan PGAS untuk meningkatkan harga gas industri non-Harga Gas Bumi Tertentu (non-HGBT).
Faktor-faktor tersebut membuat PGAS tidak mampu meneruskan secara keseluruhan kenaikan biaya. Pada akhirnya, bauran biaya gas menjadi lebih tinggi dan margin distribusi lebih rendah.
Dalam riset tanggal 10 November 2023, Analis DBS Group Research William Simadiputra berpendapat, penurunan harga saham PGAS pada tahun ini mereleksikan penurunan laba bersihnya. Hal ini disebabkan oleh harga jual minyak yang lebih tinggi dan tren margin rendah di segmen distribusi.
Baca Juga: PGN Tindaklanjuti Temuan dan Rekomendasi BPK Terkait Perjanjian Jual Beli Gas
William belum melihat akhir dari penurunan harga saham ini karena PGAS juga diwarnai oleh berbagai sentimen negatif lainnya. Sebagaimana diketahui, sebelumnya, PGAS menyatakan klaim force majeure pada kontrak Gunvor Singapore hanya setahun setelah Master Sale and Purchase Agreement (MSPA) perjanjian pasokan LNG ke Gunvor ditandatangani.
Hal ini dapat menghambat ekspansinya ke bisnis LNG, terutama setelah bisnis Floating Storage Regasification Unit (FSRU) gagal lepas landas karena perselisihan dengan mitra PGAS dalam penyewaan kapal, yakni Hoegh LNG sejak 2021. Padahal, ekspansi PGAS ke bisnis LNG sangat penting untuk pertumbuhannya di masa depan.
Tak ketinggalan, PGAS juga terus mencatatkan one-off provision. Mulai dari one-off provision untuk penurunan nilai aset minyak dan gas bumi, sengketa pajak pada tahun 2019, dan sebagian ketentuan untuk Gunvor di 2022.
"Jika PGAS berhasil menghindari hukuman apa pun dari kesepakatan LNG dengan Gunvor, PGAS dapat mencacatkan laba bersih yang kuat dari bisnis distribusi gas alam dan harga sahamnya berpotensi pulih dari level terendah saat ini," ungkap William.
Di sisi lain, Olivia menilai ada sentimen positif dari proyek gasifikasi RU V Balikpapan yang diperkirakan akan selesai pada akhir tahun ini. Target panjang pipanya sekitar 78 km dengan belanja modal yang dianggarkan sebesar US$ 458 juta di 2023.
Baca Juga: PGN (PGAS) Anggarkan Capex US$ 458 Juta Hingga Akhir 2023, Ini Rincian Penggunaannya
Namun, pertumbuhan PGAS masih terkendala oleh margin penjualan gas yang terbatas dan produksi gas yang flat. Olivia pun memperkirakan pendapatan PGAS akan turun sebesar 3% YoY pada tahun 2023 dan tumbuh moderat sebesar 2,6% YoY pada 2024.
"Sementara laba bersih diperkirakan turun 12,2% YoY tahun ini dan 9,9% YoY pada tahun 2024 terutama karena adanya force majeure dengan Gunvor dan provisi pajak," ucap Olivia.
Olivia merekomendasikan hold PGAS dengn target harga Rp 1.210 per saham. Begitu juga dengam William yang memberikan rekomendasi serupa, tetapi target harganya yang berada di Rp 1.050 sudah terlampaui.
Sementara itu, Inav merekomendasikan netral PGAS dengan target harga Rp 1.200. Pada perdagangan Kamis (28/12), harga PGAS naik 2,73% ke level Rp 1.130, tetapi sejak awal tahun 2023 merosot 35,80%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News