Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyadari bahwa tantangan industri batubara cukup berat seiring tren pelemahan harga komoditas tersebut pada 2025. Beberapa upaya dilakukan emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID tersebut untuk memitigasi efek koreksi harga batubara.
Director of Finance & Risk Management PTBA Una Lindasari mengatakan, pihaknya senantiasa berpatokan dengan kondisi makroekonomi dan perkembangan harga batubara global untuk menentukan proyeksi kinerja di setiap tahun. Namun, sejak Juni 2025 lalu PTBA sudah mulai fokus mengontrol biaya untuk menjaga profitabilitas dan penjualan di tengah harga batubara yang layu.
“Fokus kami adalah pengendalian biaya, karena itu yang bisa kami kontrol,” kata dia dalam paparan publik, Kamis (11/9/2025).
Ketika harga batubara sedang dalam fase koreksi, PTBA aktif melakukan negosiasi biaya dengan seluruh kontraktor jasa pertambangan yang menjadi mitra bagi emiten tersebut.
Baca Juga: PTBA Kembangkan Batubara Jadi Kalium Humat Sebagai Pupuk Alami, Bakal Dijual Komersil
Selain itu, negosiasi juga dilakukan oleh PTBA dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI terkait biaya pengangkutan batubara. Apalagi, tahun ini PTBA menanggung biaya bahan bakar untuk kereta api angkutan batubara, di mana bahan bakar yang digunakan adalah B40 yang memiliki harga lebih tinggi dibandingkan bahan bakar lainnya.
Dari sisi internal, PTBA juga menahan sejumlah biaya pengeluaran agar strategi efisiensi ini tercapai. Di sisi lain, PTBA juga tetap mengoptimalkan operasi dan produksi batubara di area penambangan. Hal ini demi menjaga kinerja operasional PTBA sepanjang 2025.
Sebagaimana diketahui, PTBA mencatatkan produksi batubara sebanyak 21,73 juta ton atau tumbuh 16% year on year (yoy) pada semester I-2025. Volume penjualan batubara PTBA juga meningkat 8% yoy menjadi 21,62 juta ton. Begitu pula dengan volume pengangkutan batubara PTBA yang tumbuh 9% yoy menjadi 19,27 juta ton.
PTBA juga membukukan kenaikan stripping ratio dari 5,9 kali pada semester I-2024 menjadi 6,17 kali pada semester I-2025. “Kenaikan stripping ratio terjadi karena ada satu tambang kami yang harus dibuka untuk mendapat kadar batubara yang lebih tinggi,” kata Una.
Dari sisi keuangan, pendapatan PTBA naik 4% yoy menjadi Rp 20,45 triliun pada semester I-2025. Namun, laba bersih PTBA menyusut 59% yoy menjadi tinggal Rp 0,83 triliun. Hal ini sejalan dengan penurunan harga jual rata-rata batubara PTBA sebesar 4% yoy pada semester I-2025.
Baca Juga: PTBA: Hilirisasi Batubara Kalium Humat Tingkatkan Produktivitas Pertanian Hingga 30%
Dihubungi terpisah, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty menilai, peluang perbaikan kinerja PTBA pada sisa semester II-2025 tetap terbuka. Secara musiman, harga batubara berpotensi pulih menjelang musim dingin ketika permintaan energi dari China, India, dan Eropa meningkat.
Di samping itu, PTBA juga memiliki keunggulan biaya produksi yang relatif lebih rendah dibandingkan kompetitornya, sehingga emiten ini tetap mampu menjaga margin meski harga batubara tertekan. “Meski demikian, perbaikan bottom line kemungkinan masih terbatas atau tergantung arah harga batubara global yang saat ini cenderung fluktuaktif,” imbuh dia, Kamis (11/9/2025).
Arinda pun merekomendasikan jual saham PTBA dengan target harga di level Rp 2.300 per saham.
Selanjutnya: Prabowo Akan Hadiri Langsung Sidang Umum PBB
Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (12/9) Siaga Hujan Sangat Lebat di Provinsi Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News