Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Analis pasar modal Lucky Bayu menilai, perusahaan Grup Bakrie harus segera melakukan restrukturisasi internal terlebih dahulu untuk melakukan optimalisasi asset yang di nilai masih memiliki peluang produktivitas.
"Melakukan merger, (penggabungan usaha dengan pihak/partner strategis, agar memungkinkan untuk meningkatkan nilai tambah perusahaan di masa yang akan datang," ujar dia.
Kemudian, kata dia, perusahaan Grup Bakrie juga harus merencanakan aksi korporasi agar mendorong minat dan apresiasi investor terhadap harga saham perusahaan dan nilai perusahaan.
Baca Juga: Masih ada keraguan going concern, suspend saham Bakrie Telecom (BTEL) diperpanjang
"Melakukan restrukturisasi eksternal sebagai upaya untuk mempertahankan reputasi perusahaan dan group, untuk memberikan maksud sebagai perusahaan berkelanjutan / sustainable company," kata dia.
Bila memungkinkan perusahaan Grup Bakrie menjual saham kepada investor atau pihak yang dianggap strategis. Sebagai catatan, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), induk bisnis Grup Bakrie, mencatatkan utang hingga triwulan III 2020 senilai Rp 10,18 triliun, yang merupakan utang jangka pendek.
Saat ini perusahaan tengah memproses restrukturisasi utang senilai Rp 10 triliun yang ditargetkan selesai tahun depan agar memperbaiki pembukuan perusahaan. Nilai utang tersebut mengalami kenaikan dibandingkan dengan posisi pada akhir tahun tahun lalu Rp 8,79 triliun.
Kenaikan utang tersebut, salah satunya disebabkan oleh selisih kurs yang membesar karena mayoritas utang Bakrie & Brothers dalam denominasi dolar Amerika Serikat.
"Intinya proses restrukturisasi dengan para kreditur masih terus berjalan dan memang kami berharap bisa diselesaikan tahun ini," kata Bayu Nimpuno, Head of Corporate Communications PT Bakrie & Brothers Tbk kepada Kontan.co.id menanggapi proses restrukturisasi.
.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News