kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Graha Layar Prima (BLTZ) prioritaskan bioskop CGV di Jakarta yang buka kembali


Selasa, 14 September 2021 / 23:17 WIB
Graha Layar Prima (BLTZ) prioritaskan bioskop CGV di Jakarta yang buka kembali


Reporter: Kenia Intan | Editor: Yudho Winarto

Sebagai informasi, hingga saat ini BLTZ memiliki total 68 bioskop CGV dengan 397 layar yang tersebar di lebih 30 Kota di Indonesia.

Dengan diizinkannya bioskop beroperasi, manajemen emiten berkode BLTZ itu berharap akan ada perbaikan jumlah kunjungan.

Walau begitu, BLTZ tidak mematok angka pengunjung tertentu, mengingat sudah cukup lama bioskop berhenti beroperasi sehingga akan memerlukan waktu untuk menaikkan jumlah kunjungan.

Yang jelas, BLTZ  akan memaksimalkan kesempatan ini dengan terus melakukan inovasi. Misalnya, terdepan dalam menyediakan film-film yang beragam dan menjadikan bioskop tidak hanya sebagai tempat menonton film melainkan pertukaran budaya melalui event, seminar, dan kompetisi.

Di sisi lain, BLTZ akan memaksimalkan slot-slot di bioskop sebagai wadah advertising, serta menggenjot penjualan F&B dan merchandise.

Hingga akhir tahun 2021,  BLTZ optimistis kinerjanya akan lebih baik dibanding akhir tahun lalu. Optimisme ini ditopang oleh pembukaan bioskop yang sempat berlangsung selama beberapa waktu di tahun ini, walau memang  belum dalam tahap maksimal. Di sisi lain, film-film yang ditayangkan dinilai mampu meningkatkan minat menonton.

Baca Juga: Ini prokes yang harus diperhatikan jika bioskop kembali buka

Sekadar informasi hingga akhir tahun 2020, BLTZ mengantongi pendapatan bersih hingga Rp 255,84 miliar. Capaian ini melorot drastis dibanding tahun 2019 yang mencapai Rp 1,41 triliun.

Tekanan dari sisi top line menjadikan BLTZ menanggung rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk  hingga Rp 455,83 miliar. Padahal pada tahun sebelumnya, BLTZ mampu mencetak laba  Rp 83,35 miliar.

Adapun hingga semester I 2021 ini, BLTZ mengantongi pendapatan yang lebih rendah 58,01% dibanding periode yang sama tahun lalu, menjadi Rp 98,17 miliar.

Akan tetapi, rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk cenderung lebih baik, menjadi Rp 168,04 miliar. Pada periode yang sama tahun lalu, BLTZ tercatat merugi hingga Rp 185,46 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×