kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Goldman: Harga emas berpotensi menembus US$ 1.600


Kamis, 08 Agustus 2019 / 06:15 WIB
Goldman: Harga emas berpotensi menembus US$ 1.600


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Bagi analis Goldman Sachs Group Inc, reli harga emas ke atas US$ 1.500 hanyalah permulaan.

Analis bank tersebut meramal harga emas yang kini sudah berada di level tertinggi enam tahun akan melonjak ke level US$ 1.600 per troy ounce dalam enam bulan ke depan. Penyebabnya, investor memburu aset-aset teraman.

Buramnya outlook perekonomian global, yang dipicu oleh memanasnya ketegangan perang dagang antara AS dan China, mendongkrak pesona emas sebagai alat investasi lindung nilai terhadap guncangan finansial.

Baca Juga: Wow, Harga Emas Terus Mencetak Rekor Baru premium

"Jika kecemasan terus berlanjut, kemungkinan karena eskalasi perang dagang, harga emas bisa melompat lebih tinggi, didorong oleh melonjaknya alokasi ETF emas dari portofolio sejumlah manager yang terus menambah kepemilikan emas mereka," demikian laporan Goldman Sachs, termasuk Sabine Schels, pada Rabu (7/8). Dituliskan pula, "Emas ETF belakangan membangun momentum sehingga posisi kuatnya hampir menyamai 2016, dan kami yakin hal itu bisa dijaga dalam jangka pendek."

Mengutip data Bloomberg, kepemilikan emas di ETF melonjak ke level tertinggi sejak April 2013 di tengah anjloknya pasar finansial sehingga menyebabnya hangusnya nilai saham di bursa AS yang mencapai US$ 700 miliar pada Senin (5/8) lalu.

Baca Juga: Perang dagang menaikkan pamor harga emas

Argumentasi agar investor mengempit emas sebagai alat proteksi kekayaan semakin kencang berhembus, apalagi setelah kapitalisasi pasar Bloomberg Barclays Global Negative Yielding Debt Index ditutup pada rekor US$ 15 triliun ada awal pekan.

Sejumlah sinyal perlambatan pertumbuhan ekonomi global sudah tampak. Tingkat produksi industi Jerman, misalnya, membukukan penurunan tahunan terbesar dalam satu dekade terakhir. Hal ini memicu kecemasan bahwa ekonomi Jerman semakin mendekati jurang resesi pertama dalam sepuluh tahun terakhir.

Tak sampai di situ, di kawasan Asia Pasifik, bank sentral di Selandia Baru, India, dan Thailand memberi kejutan pemangkasan suku bunga acuan untuk membentengi perekonomian mereka dari angin kencang global. Langkah tersebut mereka ambil hanya selang sepekan setelah The Federal Reserve memotong suku bunga acuannya untuk kali pertama dalam satu dekade.

Baca Juga: Harga emas masih tetap kinclong di sore hari ini mencapai US$ 1.487,64 per ons troi

Pekan lalu, analis Bank of America Merril Lynch Michael Widmer memprediksi, harga logam mulia akan melonjak menuju level US$ 2.000 dalam dua tahun ke depan. Untuk menyegarkan ingatan, harga emas menyentuh level rekor tertinggi sepanjang masa di posisi US$ 1.921,17 per troy ounce di pasar spot pada 2011.

"Kami meyakini akan ada pemangkasan suku bunga lanjutan ke depannya. Bicara mengenai pelonggaran kebijakan di bagian dunia lain, kondisi itu menyeret segala hal yang terkait dengan dollar," jelas Widmer dalam sebuah interview dengan Bloomberg TV pada Rabu (7/8). Dia menambahkan, melonjaknya volatilitas dapat menyebabkan harga emas melonjak ke atas level dasar yang diprediksi yakni US$ 1.500.

Catatan saja, harga emas melonjak 2,4% di pasar spot pada Rabu (7/8) ke level US$ 1.510,46 per troy ounce. Ini merupakan level tertinggi sejak April 2013. Di Comex New York, harga emas futures menyentuh level US$ 1.522,70 sebelum akhirnya bertengger di level US$ 1.519,60 pada pukul 1.30 pm waktu New York.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×