Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Daftar emiten pertambangan batubara di Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal bertambah. PT Goldchild Integritas Abadi, anak usaha PT Inovisi Infracom Tbk (INVS), berniat melaksanakan penawaran saham perdana untuk meraup dana senilai US$ 400 juta.
Adrian Ooi, Direktur Keuangan INVS, menuturkan, Goldchild akan menggelar initial public offering (IPO) pada semester kedua tahun depan. Soalnya, INVS memandang kondisi pasar tahun ini sangat fluktuatif sehingga kurang pas untuk masuk pasar. "Kami optimistis kondisi pasar akan lebih baik di tahun depan sehingga cocok untuk IPO Goldchild," kata dia kepada KONTAN di Jakarta, pekan lalu.
Inovisi yang merupakan perusahaan penyedia sistem infrastruktur IT bergerak akan mengembangkan Goldchild terlebih dulu agar memiliki daya tarik saat IPO. Goldchild, misalnya, akan terus menambah kuasa pertambangan (KP) batubara. Saat ini, Goldchild menguasai sepuluh KP batubara di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat.
Sebanyak lima KP telah dimiliki Goldchild sepenuhnya di akhir 2011. Kala itu, Goldchild mengakuisisi lima KP senilai US$ 150 juta. Kelimanya diklaim memiliki sumberdaya (resources) batubara 500 juta metrik ton (MT) dengan kalori 5.300 kilokalori (kkal). Tapi, Adrian tak bersedia menyebutkan cadangan (reserve) batubara di lima tambang itu karena masih dalam tahap eksplorasi awal.
Sebanyak lima KP batubara lainnya belum sepenuhnya milik Goldchild karena masih dalam proses finalisasi akuisisi. Kini, Goldchild sudah meneken perjanjian jual-beli bersyarat dengan penjual. Nilai akuisisi itu berkisar Rp 1,3 triliun. Finalisasi akuisisi lima tambang diharapkan selesai setelah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Juli atau Agustus ini. Jika akuisisi rampung, Goldchild memiliki sumberdaya 1 miliar MT. Tapi kesepuluh KP itu masih berstatus belum berproduksi alias green field.
Goldchild juga membidik dua KP batubara yang berlokasi di Kalimantan. Untuk itu, Goldchild harus mengeluarkan investasi Rp 1 triliun. Mereka berharap, perjanjian jual beli bersyarat dua tambang itu akan terlaksana di bulan ini. Dua KP batubara tersebut dinilai memiliki nilai tambah karena sudah berproduksi.
Selain akuisisi, INVS akan memperkuat bisnis perdagangan (trading) batubara Goldchild. Tahun ini, Goldchild diharapkan bisa menjual 100.000 MT batubara per bulan yang semuanya dijual ke pasar domestik. INVS berharap Goldchild bisa berkontribusi Rp 1 triliun atau 58,82% dari target pendapatan konsolidasi tahun ini yang senilai Rp 1,7 triliun.
Analis Panin Sekuritas, Fajar Indra, menilai INVS perlu berhati-hati saat menggelar IPO Goldchild. Tekanan atas saham batubara diprediksi berlanjut hingga tahun depan seiring masih labilnya kondisi Eropa.
Sentimen negatif ini bahkan melanda perusahaan batubara yang akan IPO di waktu dekat, PT Toba Bara Sejahtera. Semula Toba mengincar dana IPO US$ 400 juta. Belakangan, target itu dipangkas jadi US$ 150 juta. Berrkaca dari IPO Toba, INVS harus cermat menentukan harga dan jadwal IPO.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News