kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,65   -11,86   -1.27%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Getol diversifikasi, Adaro Energy (ADRO) targetkan 35% pendapatan non-batubara


Senin, 26 Agustus 2019 / 20:01 WIB
Getol diversifikasi, Adaro Energy (ADRO) targetkan 35% pendapatan non-batubara
ILUSTRASI. Adaro Power


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren pelemahan harga batubara dunia diprediksi berlangsung sepanjang tahun 2019 ini. Hal ini membuat perusahaan batubara berlomba-lomba untuk melakukan diversifikasi usaha.

Salah satunya adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Emiten anggota indeks Kompas100 ini tercatat memiliki lini bisnis selain pertambangan batubara. Salah satu pilar bisnis yang akan dikembangkan ADRO adalah bisnis kelistrikan dan air melalui PT Tanjung Power Indonesia dan PT Adaro Tirta Mandiri.

Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) anggarkan capex hingga US$ 600 juta

Tanjung Power merupakan proyek pembangkit listrik ADRO yang terletak di Tanjung, Kalimantan Selatan yang berkapasitas 2x100 MV. Sudah mencapai 99% penyelesaian pembangunan, Tanjung Power diwacanakan dapat beroperasi penuh pada akhir tahun ini.

Sementara Adaro Tirta Mandiri bersama dengan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) melakukan kerja sama mendirikan PT Dumai Tirta Persada. Adaro Tirta Mandiri memegang kepemilikan 49% sementara ADHI memegang 51% atas saham perusahaan ini.

Dumai Tirta Persada telah bekerja sama dengan Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) untuk proyek pengolahan air minum ini. Nilai investasi proyek ini sebesar Rp 400 miliar dengan skema build, own, operate and transfer ke PDAM.

Baca Juga: Kinerja Adaro Meroket Saat Harga Batubara Turun, Boy Thohir: Kami Bisa Mengelola Cost

Nantinya produksi proyek ini berkapasitas 450 liter per detik dan ditargetkan dapat beroperasi di tahun 2020.

Direktur ADRO Mohammad Syah Indra Aman mengatakan bahwa diversifikasi usaha merupakan sesuatu yang harus dilakukan perusahaan tambang batubara. Hal ini agar perusahaan tidak bergantung pada satu komoditas saja.

Namun, Aman tidak menampik bahwa perkembangan usaha non batubara memerlukan waktu yang cukup lama untuk berkembang. "Jangan diharapkan bahwa bisnis alternatif ini dapat langsung berkembang sebesar Adaro, perlu waktu untuk berkembang," ujar Aman kepada Kontan.co.id.

Baca Juga: Pasca rilis laporan keuangan, ini rekomendasi analis untuk saham Adaro Energy (ADRO)

Hingga saat ini, Aman menyebutkan 35% pendapatan ADRO akan disumbang dari segmen nonpertambangan.

Untuk diketahui, semester ini ADRO mencatatkan pendapatan US$ 1,7 miliar pada semester I-2019 atau naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 1,6 miliar.

Sedangkan semester ini ADRO membukukan laba periode berjalan sebesar US$ 321 juta atau naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 244 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×