Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. PT Timah (Persero) Tbk (TINS) berharap pada kemajuan bisnis propertinya. Oleh karena itu TINS yang menggarap properti bersama PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) menaikkan porsi kepemilikannya di perusahaan patungan atau joint venture (JV).
"Sekarang ada perubahan porsi kepemilikan," ungkap Direktur Utama TINS, Sukrisno, dalam paparan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis, (23/4).
Tadinya porsi kepemilikan TINS adalah 40%. Lalu ADHI dan WIKA masing-masing 30%. Tapi kini, TINS akan memeluk porsi mayoritas 51% dengan ADHI dan WIKA masing-masing 24,5%. Pendapatan bisnis properti itu pun mulai akan dikonsolidasikan ke laporan keuangan TINS di tahun ini.
Anak usaha properti dari 3 emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu akan resmi dibentuk Mei mendatang. Sehingga proses penjualan propertinya dapat mulai dilakukan sekitar Juni atau Juli.
TINS memiliki total 176 hektare lahan untuk pengembangan propertinya. Pada tahap pertama, TINS akan menggarap rumah tapak di atas lahan 40 hektare. Investasi yang digelontorkan untuk aksi perdananya yakni Rp 150 miliar.
Kemudian, TINS akan mengerjakan powerplant berkapasitas 2x150 MW di Mulut Tambang. Tak tanggung-tanggung, investasi yang digelontorkan mencapai Rp 2 triliun sampai Rp 3 triliun. TINS pun menggandeng ADHI untuk membangun powerplant tersebut. Nantinya, TINS akan memegang porsi mayoritas minimal 51%.
Untuk operasional powerplant itu, TINS akan mengambil batubara dari tambang milik anak usahanya di Sumatera Selatan. Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan TINS menyebut bahwa pihaknya masih menunggu izin untuk membangun powerplant itu.
Lebih lanjut, TINS juga menggarap bisnis rumah sakit. TINS pun melakukan kerjasama operasional dengan Pertamina Medika untuk rumah sakitnya di Pangkal Pinang. Demi mendukung operasionalnya, TINS berinvestasi peralatan Rp 200 miliar. Di situ, Rp 150 miliar merupakan pinjaman bank dan Rp 50 miliar kas internal.
Selain itu, TINS akan mengembangkan bisnis logam tanah jarangnya. Saat ini, TINS baru memiliki miniplant sebagai pilot project dengan kapasitas 15 kilogram per hari. Di tahun 2017, TINS akan membuat pabrik untuk logam tanah jarangnya. Maka kapasitas pabriknya nanti akan berada dalam hitungan ribuan ton per tahun.
Sukrisno berharap, TINS dapat meningkatkan pendapatan bisnis non-timahnya. Sehingga, pendapatan bisnis timah dan non-timah akan seimbang dengan porsi masing-masing 50% di 2019. Saat ini, porsi pendapatan timah masih berkontribusi 90% sampai 95%. Dengan adanya pemasukan dari bisnis properti, tahun ini pendapatan timah akan berporsi 85% dan non-timah 15%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News