kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Geliat konglomerasi emiten tertahan


Rabu, 19 Agustus 2015 / 19:23 WIB
Geliat konglomerasi emiten tertahan


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kinerja konglomerasi emiten tak mampu mendongkrak pertumbuhan di semester pertama kemarin. Kinerja Grup Salim tak semoncer biasanya.

Laba PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) turun 25,1% dari Rp 2,31 triliun menjadi Rp 1,73 triliun. Keuntungan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) mengalami kenaikan. Namun laba PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) terpangkas.

Perputaran roda Grup Astra pun bergerak lambat. Tak hanya pendapatannya yang turun, laba PT Astra International Tbk (ASII) tergerus dari Rp 9,82 triliun menjadi Rp 8,05 triliun. Kinerja emiten perkebunan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) rontok ketika PT United Tractors Tbk (UNTR) naik tipis.

Grup MNC pun turut terpukul. PT MNC Investama Tbk (BHIT) merugi Rp 338,14 miliar, kerugian PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) membengkak, lalu laba PT Media Citra Nusantara Tbk (MNCN) dan PT Global Mediacom Tbk (BMTR) terpangkas.

Hal yang sama terjadi di Grup Sinar Mas. Laba PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) turun dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR). Kemudian di sektor pertambangan, Sinar Mas memperpanjang gurita bisnisnya dengan mengakuisisi PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU).

Keberuntungan pun sedang tak berpihak pada Grup Rajawali. Kinerja PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) dan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) lesu. Untungnya, PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) membukukan lonjakan laba sebesar 50%. Dus, Grup Rajawali tengah dalam proses untuk mendivestasi 3 perusahaan tersebut.

Lebih lanjut, kinerja lembaga keuangan Grup Panin bervariasi. Laba PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) turun dari Rp 1,4 triliun menjadi Rp 987,69 miliar. Lalu PT Paninvest Tbk (PNIN) dan PT Panin Financial Tbk (PNLF) serentak turun. Hanya keuntungan PT Bank Panin Syariah Tbk (PNBS) yang naik tipis.

Kemudian, Grup Ciputra mampu mencatatkan kenaikan pendapatan. Namun laba PT Ciputra Development Tbk (CTRA) turun 20,27% dari Rp 600,56 miliar menjadi Rp 478,81 miliar. Adapun, CTRA merupakan induk dari PT Ciputra Property Tbk (CTRP) dan PT Ciputra Surya Tbk (CTRS).

Sedangkan, hanya Grup Lippo yang berhasil membukukan penambahan pundi-pundi. Laba PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) tumbuh 15,21% dari Rp 672,91 miliar ke posisi Rp 775,31 miliar. Kinerja positif ini turut tercermin dari kinerja PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) dan PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), dan PT Link Net Tbk (LINK), dan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF). Sementara kinerja PT First Media Tbk (KLBV) dan PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA)

Kepala Riset NH Korindo Reza Piyambada melihat bahwa hampir semua sektor mengalami perlambatan. Ia memperkirakan, kondisi di semester kedua ini tak akan banyak berubah dibanding semester pertama. Terlebih dengan kondisi ekonomi yang masih melambat.

Meski tumbuh, Reza menilai emiten properti tak mampu naik signifikan. Imbas dari pelonggaran Loan to Value (LTV) pun belum dapat dirasakan karena merendahnya daya beli masyarakat. Sementara, analis First Asia Capital David Sutyanto melihat bahwa sektor properti menunjukkan kenaikan karena cadangan penjualan dari tahun sebelumnya.

David memperkirakan, kinerja emiten di semester kedua akan memburuk dibanding semester pertama. “Ini karena nilai tukar Rupiah yang semakin melemah,” ucapnya.

Ia menyebut, kinerja INDF sebenarnya masih bertahan. Sayangnya, INDF terpukul oleh kinerja perkebunannya. Apalagi terjadinya el nino yang tak mampu mengerek harga jual Crude Palm Oil (CPO). Menurut David, perlambatan ekonomi China membuat permintaan terhadap komoditas menurun.

David memprediksi, sektor properti masih akan positif sampai akhir tahun. Selain itu, ia melihat prospek positif emiten konsumer dalam Grup Salim. Reza menyebut bahwa dalam melihat konglomerasi emiten, pilihlah sektor yang cukup defensif. Ia merekomendasikan ICBP, LPKR, dan SILO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×