Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kinerja rata-rata emiten di sepanjang semester pertama 2015 kurang menggembirakan. Laba bersih mayoritas emiten mengalami penurunan. Hal ini pun direspons negatif oleh para investor. Sejak Maret 2015, IHSG sudah longsor 13,35%.
Hal ini mencerminkan saham-saham di bursa domestik berguguran. Nilai kapitalisasi pasar menyusut dari Rp 5.555 triliun menjadi Rp 4.944 triliun per Selasa (4/8). Mengutip data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), total nilai aset yang tercatat saat ini sekitar Rp 3.089 triliun.
Nilai kepemilikan investor asing pada aset saham itu sebesar Rp 1.786 triliun. Sisanya dimiliki pemodal lokal. Sebagai perbandingan, per akhir kuartal I-2015, total nilai aset mencapai Rp 3.424 triliun. Total yang dikempit asing sebesar Rp 2.054 triliun dan lokal sebesar Rp 1.370 triliun.
Tito Sulistio, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakui, sebagian besar kinerja emiten di paruh pertama 2015 memang melambat. Namun, penurunan itu tidak serta merta membuat emiten merugi. Hanya saja, laba bersihnya berkurang.
Menurutnya, menurunnya kinerja emiten wajar seiring dengan perlambatan perekonomian di dalam negeri. "Sejauh ini, pendapatan komprehensif emiten masih bagus, bursa (saham) tidak lebih jelek dari perekonomian," ujar Tito, Selasa (4/8) malam.
Kendati demikian, prospek saham-saham emiten dinilai masih positif di semester II-2015. Hal ini sejalan dengan tingkat konsumsi yang menguat menyusul investasi dan guyuran belanja pemerintah. Renaldy Effendy, Analis KDB Daewoo Securities Indonesia dalam risetnya memaparkan, rata-rata perusahaan yang masuk ke dalam daftar LQ45 mengalami penurunan laba bersih sekitar 8,3% secara kuartalan (qoq).
Sementara, itu jika dilihat berdasarkan pertumbuhan secara year-on-year (yoy), pertumbuhan laba bersih emiten LQ45 melambat sebesar 15,1%. Hal ini berimbas pada saham emiten-emiten tersebut. Renaldy mengelompokkan, performa terburuk dialami indeks emiten perkebunan.
Secara yoy, indeks sektor agrikultur merosot 48,5% dan turun 10,3% secara kuartalan. Jika dirinci, saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), dan PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) masing-masing anjlok hingga 50,6%, 57,5%,d an 36,9% secara kuartalan.
"Kami memperkirakan, ada kelanjutan perlambatan ekonomi di kuartal III-2015," kata Renaldy. Kendati anggaran pemerintah dan proyek infrastruktur sudah mulai jalan, ia meragukan kondisi perekonomian akan membaik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News